24☘️

17.4K 636 7
                                    

Sweet Alan bab 24

Happy reading

Dua minggu telah berlalu, semenjak kepergian Ayah Jean. Gadis itu tidak lagi seceria dulu.

Jean banyak menghabiskan waktunya di kamar, bahkan gadis itu hanya keluar kamar saat hari ulang tahunnya.

Di mana saat itu Jein membuat cake ulang tahun untuk Jean.

Dengan perasaan sedih Jean meniup lilin angkah 17 yang berada di atas cake itu.

Jean menangis di pelukan Jein, sepanjang malam.

Gadis itu bercerita jika dirinya tidak memiliki siapa-siapa lagi. Jein mengatakan jika dirinya siap menjadi wali Jean.

Hal itu membuat Jean kembali bersemangat, walaupun kasih sayang yang ia rasakan mungkin akan berbeda dengan yang telah diberikan oleh ayahnya.

Ceklek

Pintu kamar milik Jean terbuka menampilkan sahabatnya Lily yang datang menjenguk sambil memegang sebuah bingkisan di dalam paper bag

"Haii Je," sapa Lily sambil tersenyum.

Ini kali pertamanya Lily bertemu dengan Jean lagi, setelah kemping waktu itu. Sebenarnya saat pemakaman Ayah Jean Lily ingin ikut, tetapi saat itu ibunya masuk rumah sakit. Jadilah gadis itu tidak bisa ikut.

"Haii Li," balas Jean, tersenyum.

"Selamat ulang tahun yah, sorry telat ngasih kadonya hehe," ucap Lily menyodorkan paper bag  sambil terkekeh.

"Gakpapa kok Li, makasih ya."

Lily tersenyum menanggapi ucapan Jean, kemudian duduk di samping Jean yang berada diatas kasur.

"Gimana keadaan lo? Gue kangen Je, ga ada temen di kelas huhu," ucap Lily dramatis .

"Belum tau Li," sahut Jean menundukkan kepalanya.

Melihat perubahan di dalam raut wajah Jean membuat Lily gelapan sendiri.

"Eh sorry Je, gue gak bermaksud," balas Lily merasa bersalah.

Jean kembali mengangkat wajah lalu menatap Lily,

"Iya Lily gakpapa, makasih udah repot-repot kesini bawa kado lagi," canda Jean.

"Iya sama-sama."

Setelah itu kedua gadis itu, menghabiskan waktu mereka bercerita. Mulai dari kedian di perkemahan sampai bercerita tentang idol favorit mereka.

Jam sudah menunjukan pukul 7 malam, Lily sudah pulang sejak sore tadi.

Terdengar suara langkah kaki seseorang berjalan mendekati ranjang Jean.

"Je, makan malam," ajak Alan dengan suara yang lembut.

Jean bangun dari tidurnya kemudian mengangguk dan mengikuti langkah Alan yang berjalan ke dapur.

Jein menoleh melihat kehadiran Alan dan Jean, ia menyambut kedatangan Jean sambil tersenyum ramah.

"Sini sayang," ajak Jein.

Mereka segera memulai acara makan malam mereka, sepanjang acara makan malam mereka diselimuti keheningan. Tidak ada suara selain sendok dan piring.

🕊️🕊️🕊️

Setelah selesai dengan acara makan malam, Alan mengajak Jean untuk berbincang di balkon kamarnya.

"Ekhem..." dehem Alan menetralkan jantungnya yang berdegup tak beraturan.

"Kenapa?" tanya Jean yang mengerti.

"Hbd" ujar Alan begitu singkat.

Jean tersenyum menanggapi perkataan Alan, padahal saat ulang tahunnya Alan berada disana.

Tetapi pemuda itu sama sekali tidak memberi ucapan selamat ulang tahun.

"Makasih."

"Sorry telat."

Jean mengangguk mengerti.

Hening beberapa saat, sampai suara Alan kembali terdengar.

"Gue tau bukan gue yang pertama ngasih lo hadia, tapi semoga ini hadia paling berkesan yang lo punya," ucap Alan tulus dari hatinya yang paling dalam.

Ia mengambil kedua tangan Jean dan memegang jemari-jemari gadis itu dengan erat.

Degup jantung Jean mulai berdetak, ada rasa senang yang Jean rasakan. Apalagi saat ini jemari tangannya digenggam.

"Lo mau jadi bagian dari hidup gue? Gue siap nemenin lo dimasa sulit sekalipun," lanjut Alan, terlihat dari sorot matanya yang memancarkan keseriusan dan ketulusan.

"Will you marry me?"

Jean menganga tak percaya dengan apa yang keluar dari bibir pemuda itu.

"A-alan kam-" Jean tidak mampu melanjutkan ucapannya, bulir-bulir air mata mulai mengalir di pipinya.

"Gue serius Je, setelah lo lulus gue mau kita berdua menikah. Gue udah pikirin ini semua semenjak kepergian ayah lo," ungkap Alan.

"Ayah lo udah nitipin lo ke gue, gue gak mau ngecewain om Alex. Gue siap jadi pengganti ayah lo Je, gue serius."

Senang? Tentu saja, sudah lama Jean menyukai Alan. Dan feedback yang ia dapat dari Alan sangat diluar ekspentasinya.

Tetapi, ada perasaan yang berbeda dihati Jean.

Dengan perlahan gadis itu melepaskan genggaman Alan pada tangannya.

"A-aku gak bisa Lan, kamu nikahin aku karena kasihan dan tanggung jawab yang pernah papa aku kasih. Aku gak mau kamu menyesal," tolak Jean dengan perasaan berat hati.

Alan mengkerut keningnya, apa apa ini, padahal Alan sama sekali tidak pernah terlintas dipikirannya jika Jean akan berpikir seperti itu.

"Gue serius Je, gue mau nikahin lo atas dasar kemauan gue sendiri." Alan mulai meninggikan  suaranya, wajahnya terlihat sangat serius sampai-sampai keningnya mengkerut.

"T-tapi Lan, kamu gak cinta sama aku."

Tanpa basa-basi, dengan gerakan cepat Alan menarik tengkuk gadis itu dan mencium bibirnya.

Jean dapat merasakan benda kenyal yang tiba-tiba berada di atas bibirnya, Jean dapat merasakan jika saat ini Alan menciumnya dengan perasaan yang tidak terkontrol.

Sampai-sampai bibir Jean terasa perih, pemuda itu juga mulai menekan tengkuk Jean, semakin memperdalam ciumannya.

"Eunghh...." erang Jean mulai kehabisan nafas, ia berusaha mendorong Alan agar melepaskan ciuman.

Alan melepaskan tautan bibir mereka, ia menatap mata Jean dengan tatapan kecewa.

Tanpa mengatakan apa-apa ia keluar dari balkon kamar gadis itu.

Jean menunduk, apakah Alan marah padanya?

Jean hanya takut, Alan akan menyesal menikahinya.

🕊️🕊️🕊️

TBC

Follow for more juliet_cantik

Instagram : 2975.juliet

SWEET ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang