Mengendarai motor kawasaki ninja 250R dengan santai memasuki area kampus. Ran tak menyadari ada rantai menunggunya disana.
Ketika ban motor itu menyentuh rantai, tiba-tiba saja Ran terpental ke depan dari motornya. Terjatuh bersamaan motornya.
Suara sorakan itu semakin ramai kala melihat hidung Ran mengeluarkan cairan kental berwarna merah seakan mereka memenangkan sebuah lotre ketika hidung mancung itu mengeluarkan darah.
Ran segera bangkit dan melihat ke sekelilingnya. Bingung dengan jalan pikiran mereka. Bagaimana bisa mereka tertawa ketika ada yang kecelakaan?
Otak dengkul semua, pikir Ran.
Ran menyadari dirinya bukan jatuh karena menabrak pembatas yang di batasi oleh rantai, tapi memang sengaja mereka memasang rantai tersebut ketika dirinya memasuki area kampus.
"Aneh lo semua, orang kecelakaan malah di katawain." Cibir Ran sembari membenarkan motornya agar berdiri.
Tak jauh dari situ ada segerombolan anak laki-laki yang mendekati Ran. Wajahnya menatap tajam ke arah Ran. Berusaha tidak peduli namun salah satu dari mereka justru memukul wajah Ran hingga tubuhnya mundur beberapa langkah.
Hidungnya mulai mengeluarkan darah. Ran terus menutupinya agar darah tidak semakin mengucur deras.
Salah satu dari ke lima anak laki-laki itu mendekati Ran dan mencengkram tangannya kemudian tangan satunya mengeluarkan benda tajam. Menggoreskan nya ke telapak tangan Ran.
"Akh!" Lirih Ran saat pisau itu berhasil membuat luka sobek di telapak tangan yang begitu lebar.
"Bangsat Lo! Ada masalah apa lo sama gua hah?" Menatap lelaki yang baru saja membuat luka di telapak tangannya. Lelaki itu hanya tersenyum miring.
"Lo gila ya? di tanya malah senyum, stress." Ran memegangi tangannya yang terus tanpa henti mengeluarkan cairan merah.
"Sialan." Ran menggoyangkan telapak tangannya agar rasa nyeri itu mereda.
Melihat semua wajah orang-orang disana. Dorongan itu cukup kuat hingga berhasil menciptakan luka lagi. Kelima anak laki-laki itu segera pergi berlari meninggalkan Ran di tengah kerumunan.
"Stress kalian semua." Ujar Ran sembari pergi meninggalkan motornya yang sudah ia standar satu.
***
Ran berjalan dengan kakinya yang terasa nyeri. Ia telah membersihkan dirinya dari debu tebal karena terjatuh di parkiran. Luka di lutut, dan Telapak tangannya belum sempat ia obati, hanya membasuhnya dengan air keran.
Berjalan tanpa sadar di depannya ada anak Street Boy. Velo yang pertamakali melihat Ran segera menepuk-nepuk pundak Ren hingga akhirnya semua anak Street Boy melihat keberadaan Ran yang ada di ujung lorong.
Mereka menghampiri Ran dengan sedikit berlari.
"Siapa yang ngelakuin ini?" Tanya Ren dengan tatapan tak percaya. Darah yang sedikit membeku di lihat oleh Ren serta anggota Street Boy lainnya.
Chandra mendorong Ran agar duduk di kursi. Raffa yang memiliki obat betadine di sakunya segera mengobati lutut Ran. Raffa berjongkok agar bisa mengobati luka di lutut Ran.
Ran masih terdiam tanpa menjawab pertanyaan Ren. Sesekali ia meringis karena luka yang di berikan obat merah oleh Raffa.
"Jawab Ran! Bisa di amuk gua kalo Reygan tau."
"Lo ga liat postingan Instagram punya lambe trisakti ?" Segera Ren mengambil Ponselnya.
lambenyatrisakti
KAMU SEDANG MEMBACA
REYGARAN - END
General Fiction⚠ DILARANG BACA UNTUK KAMU YANG TIDAK SUKA KEKERASAN ⚠ Mari menghargai penulis dengan memencet logo bintang kalau kamu suka dengan ceritanya. Niatnya cuma mau taruhan buat benerin motor, malah taruhan dengan fisik dan batin.