Setelah pulang menghantarkan Ran, Reygan membersihkan diri dengan berendam di bath up. Air hangat membuat Reygan semakin nyaman di dalam bath up. Dengan shower masih menyala dan dirinya yang perlahan menutup mata menikmati suara shower dan hangatnya air yang merendam tubuhnya. Perlahan Reygan masuk kedalam dunia mimpi.
"90 nilai apa ini?" Seorang anak tengah menundukkan sedikit kepalanya membiarkan orang dewasa memarahinya.
Melemparkan kertas itu ke wajah sang anak membuat bahunya terangkat seperkian detik.
"Belajar kamu saya tambah, sebelum jam duabelas malam kamu tidak boleh tidur."
-
"Bagaimana bisa kamu hanya mendapatkan juara tiga tingkat pararel Reygan?!" Lelaki itu duduk di sofa melipatkan kakinya dan melemparkan lembaran kertas ke arah Reygan.
Lembaran kertas itu adalah sertifikat atas pencapai Reygan mendapatkan peringkat tiga tingkat pararel di sekolah nya, lagi-lagi sang ayah tidak memujinya atas pencapaian nya kali ini.
"Liburan ini kamu tidak usah ikut! belajarlah lebih giat lagi!" Ucapnya kemudian berdiri meninggalkan Reygan yang masih berdiri berusaha menahan tangisnya.
-
"Kamu tidak lulus seleksi Olimpiade tingkat nasional?! Apa-apaan kamu ini!" Bentak Juno kali ini pria berpakaian jas hitam itu berani menarik kerah baju seragam Reygan.
Reygan berada di ruangan Juno. Meja yang penuh dengan kertas putih serta tulisan berparagraph.
Reygan hanya bisa diam tidak berani menjawab karena itu akan memperburuk keadaan. Lagi selama sembilan tahun ia belajar dengan giat berusaha menjadi yang terbaik menurut Sang Ayah namun hasilnya tetap tidak sesuai harapan Juno.
Reygan telah berusaha agar lolos dalam seleksi Olimpiade tingkat Nasional nyatanya ia tidak bisa lolos karena kurang fit dirinya saat mengerjakan soal seleksi.
"Anak tak tau di untung!" Juno memukul rahang Reygan membuat sang anak tersungkur kebawah dengan rahang yang sudah membiru.
"Apa yang akan saya banggakan dari kamu Reygan! sembilan tahun kamu tidak pernah sekali-kali membuat saya bangga! apa karena teman-teman kamu itu?!" Reygan berani menatap Juno karena telah membawa teman-temannya dalam masalah mereka.
"Bukan." Hanya itu yang bisa Reygan jawab.
"Lalu apa?! Saya sudah memberikan semua apa yang kamu mau dan butuhkan! Kamu hanya membuat saya bangga saja tidak bisa!" Juno melangkah menghampiri Reygan yang masih tersungkur di lantai.
Menarik rambut Reygan untuk berdiri. Memang kejam pria itu, Reygan menahan sakitnya. Memejamkan mata berharap sesuatu yang lebih buruk tidak menimpa nya.
"Kamu hanya bisa membuat saya malu! Jika saat kelulusan nanti, kamu masih di bawah mereka. Saya tidak akan segan-segan membunuh kamu Reygan!"
-
Reygan segera bangun dari tidurnya. Mimpi buruk tentang kenangan masa lalunya membuat dirinya merasakan sesak nafas.
Ia tertidur di kamar mandi. Segera mengeringkan tubuhnya dan keluar dari kamar mandi.
Menghampiri kasur dimana ponselnya berada. Banyak pesan dan panggilan dari 'Tua Bangka.' Reygan tersenyum miring kemudian mengambil pakaian tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYGARAN - END
General Fiction⚠ DILARANG BACA UNTUK KAMU YANG TIDAK SUKA KEKERASAN ⚠ Mari menghargai penulis dengan memencet logo bintang kalau kamu suka dengan ceritanya. Niatnya cuma mau taruhan buat benerin motor, malah taruhan dengan fisik dan batin.