Sangyeon terus memandang Changmin yang dengan lahap menyantap makanannya.
"Kalo mau ngomong sesuatu bilang aja.. ga usah liatin doang.." ujar Changmin yang mulai kurang nyaman diperhatikan begitu.
"Nggak deh, kantinnya masih rame. Nantian aja.." ujar Sangyeon ikut menghabiskan makanannya.
"Sepertinya aku tau apa yang ingin kau bicarakan.."
"Tentu saja kau tau.." gumam Sangyeon, "jadi.. kondisimu dengan Chanhee masih sama?" Tanya Sangyeon hati-hati. Takut menyinggung.
Changmin melirik Sangyeon sekilas. Kemudian kembali menatap makanannya, "saat kau pergi ke ruang klub tadi.. Kau pasti melihat kami."
"Ng.. ya, begitulah.." Sangyeon menggaruk belakang lehernya, "tapi.. aku lebih melihat ke Chanhee sih.."
"Mmm.." Changmin meresponnya hanya dengan satu gumaman.
"Saat berbalik badan, kulihat dia menangis.." Changmin kembali melirik Sangyeon, "tapi di ruang klub musik tadi, Chanhee tiba-tiba masuk dan memainkan keyboard disana. Air matanya sudah tak terlihat. Dia juga tak mengucapkan sepatah katapun. Hanya bermain sambil menghela nafas beberapa kali.."
"Dia ke ruang musik?"
Sangyeon mengangguk menjawab pertanyaan Changmin.
"Aku tau soal dia menangis.." Changmin mulai memainkan sendoknya, "dan mungkin dia juga tau aku menangis."
Sangyeon masih diam.
"Apa menurutmu.. Kami bisa berbaikan?"
Diam. Sangyeon kemudian mendengus pelan. Kini tatapannya serius menatap Changmin, "Bisa.."
Changmin menatap Sangyeon. Bukan meliriknya lagi. Kini Changmin mendongak. Mencoba membalas tatapan serius milik Sangyeon.
"Itu jika kau punya alasan bagus untuk berbaikan dengannya," Sangyeon menjeda kalimatnya, "Mungkin aku.. bisa jadi percobaan.."
Kini Changmin tersenyum miring. Ia paham betul apa yang dipikirkan oleh ketua kelasnya ini. Meski mereka bukan yang sangat sering mengobrol dan melakukan hal-hal lainnya, tapi Sangyeon tetap deskmatenya. Changmin tau apa yang sedang diinginkannya.
"Kau ingin tau alasan aku membela Sunwoo bukan?!"
●○●
Pulang sekolah. Dengan cepat, Changmin segera menggendong tasnya. Barang-barangnya sudah ia bereskan bahkan sebelum bel berbunyi.
Chanhee.
Objek pertama yang ditargetkan oleh indera penglihatan Changmin. Sebelum ia pergi, Changmin segera berlari menghampiri Chanhee. Menggenggam tangannya dan langsung menariknya. Tak peduli dengan tolakan keras yang terlontar dari Chanhee.
"Kamu kenapa sih Min? Aku sibuk nih, ada kerjaan," keluh Chanhee masih mencoba melepaskan cengkraman Changmin dari tangannya.
"5 menit doang buat sahabatmu sendiri.. biasanya kau juga gini.." Changmin masih menarik Chanhee entah kemana. Pokoknya tempat sepi agar mereka bisa mengobrol berdua.
Chanhee diam. Hanya bisa berdecak. Jujur saja jika Changmin sudah begini ia paling malas. Jadi ya diiyakan saja. Daripada terjadi adu suara di sekolah. Mana Chanhee OSIS. Bisa berkepanjangan nantinya.
"Dah.. diem."
Akhirnya Changmin berhenti. Kini ia menghadapkan Chanhee dihadapannya. Menatapnya lekat-lekat. Cukup kasar. Sampai Chanhee berdecak diperlakukan begitu.
Jujur saja, Changmin tak sengaja begitu. Reflek. Karna emosi. Jadi ga sadar kalau terlalu kasar.
"Eh.." gumam Changmin agak panik saat melihat Chanhee terlihat meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
-4 || •°•THE BOYZ•°•
Fanfickisah fantasi tentang kelas -4. kelas terkutuk. tentu saja bagi makhluk mistis, kedatangan manusia untuk pertama kalinya bisa saja menjadi sebuah kebetulan belaka. tapi bagaimana dengan kedua kalinya? -the boyz fanfict -baku o semi baku, tgt -ignore...