19. peringatan kematian

17 13 17
                                    

Halo Halo Halo

Masih baca cerita ini?

Oh, masih
Give applaus for you all

Terima kasih udah stay

Happy Reading

Manteman

*

Suara alarm dari sebuah ponsel menguar di seluruh penjuru ruangan. Ruangan bercat putih abu-abu serta diisi banyak poster logo dan album Martin Garrix.

Kian lama suara itu kian mengencang. Bahkan seorang pemuda yang masih tengkurap di ranjangnya terbangun, meraba-raba bagian ranjang lain untuk mematikan alarm. Lantas memutar tubuh hingga selimut tersingkap menampakkan badan shirtless-nya.

Menyadari nada alarm yang terdengar hari itu berbeda dari biasanya, dia meraih ponsel untuk lalu mengucek mata agar bisa melihat lebih jelas layar benda di genggamannya.

Tak lama dari itu, matanya membulat sempurna. Tangannya naik untuk mengacak rambut frustasi.

"Anj-"

Radit buru-buru mendamprat bibirnya sendiri kala itu. Sadar bahwa hari ini adalah hari penting dan cukup sakral.

Tercantum pemberitahuan pada layar ponselnya bahwa hari ini adalah hari peringatan kematian Yudhistira.

Radit langsung bangun. Menyambar handuk sebelum masuk ke kamar mandi. Namun pergerakannya terhenti tatkala sebuah dering tanda adanya panggilan suara berdenting halus. Membuat pemuda itu akhirnya kembali ke posisi semula untuk menjawab panggilan tersebut.

"Hai, sayang."

"Halo gantengku yang kedua setelah Bang Dhika."

Radit menyunggingkan senyum. Titrayatra Andhika. Orang memanggilnya Tiya. Namun adiknya, Fani, memanggilnya dengan nama Dhika.

"Ada apa?"

"Hari ini gue ada jadwal ngajar. Di rumah Sebastian."

"BlancA," kata Radit spontan. Masalahnya dia sedang buru-buru hingga tak dapat memikirkan kata yang harus dia ucapkan selanjutnya.

"Nggak usah ngomong. Lo tahu sendiri dia BlancA."

"Jadi?"

Fani merotasikan bola mata. "Lo masih jadi cowok ter-nggak-peka ya, Dit. Sampai kapan gue harus to the point mainnya? Masa gue harus bilang; ayo anterin gue, sekalian main."

"Lo nggak liat tanggal?"

"Apa masalahnya sih?"

"Hari ini peringatan kematian Bang Yune. Elrin-"

Sambungan mendadak terputus secara sepihak dari Fani. Radit tak ambil pusing. Dia malah melanjutkan kegiatan semula.

*

Elrin menatap lekat-lekat angka yang dilingkari tinta hitam pada kalender di kamarnya. Tertera kalimat ulang tahun kedua Bang Nao di sana.

ARVANDO: ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang