Minggu, 11 November 2022
Hai hai semuanya maaf ya baru update. Cerita yang aku unpublish juga pada belum aku revisi huhuhuhu. Jadi buat pembaca baru maaf ya. Jangan lupa tinggalkan jejak ya, love<3Happy Reading✨
*Kamu masih sakit apa gimana Zi?"
"Kalau suami nanya itu di jawab, udah di bawa pulang masih aja begitu."
Karena Zia duduk membelakangi suaminya yang sedang melepaskan baju kerjanya Zia mengolok-olok suami dengan bibir komat-kamit sebelum di cium gemas oleh Zafran.
"Emhhh, AAAAAAAKHH! Huhuhuhu sakit! Huhuhuhuhu."
"Kamu itu kebiasaan banget, sama suami kayak begitu."
"Biarin sana pergi, aku gamau ngomong!"
Zia menatap suaminya kesal, apa lagi melihat Zafran yang semakin membuat kesal adalah meletakkan bajunya di kursi rias miliknya. Kepala Zia benar-benar panas rasanya. Habis sakit bukannya sembuh malah tambah setres dia jika bersama Zafran.
"ZAFRANNNNNNNNNNNNNNNNN ITU KURSI AKU BARU AKU GANTI, NTAR JADI KOTOR LAGI HUHUHUHU, YANG BETUL LAH TARUH PAKAIAN KAMU!"
"Apa sih Zi, berisik. Di dengar tetangga tuh, ngga malu kamu?"
"Biarin aja mereka aja gatau malu lagi begitu, kedengaran sampai sini!"
Zia masih ingat tetangga barunya itu lagi menghabiskan malam jum'at dan sangat berisik sekali. Dia juga segitunya waktu pertama kali menikah, sampai harus terdengar tetangga.
Menurutnya bagus juga tidak ada tetangga dari pada harus berisik seperti itu. Yang ada dia jadi pusing sendiri karena hal begitu. Bukan iri sih, minimal ya jangan juga lah teriak kayak ngga punya tetangga aja.
"Mungkin punya suami dia besar kali."
Tiba-tiba saja Zafran mengatakan hal seperti itu, Zia mulai sedikit terbayang. Apa jika sebesar itu akan sesakit itu.
"Besar."
"Nih, punya aku ngga kalah besar."
Rupanya Zafran sudah selesai melepaskan pakaiannya dan berdiri di hadapan Zia duduk. Di atas kasur menghadap jendela. Zafran membuka handuk yang di pakai dan berdiri dekat dengan wajah Zia.
"Apa sih Zaf. Mandi sana."
"Gimana kalau sebelum mandi kita relekskan tubuh kita berdua?"
"Apa sih, ngga mau. Sana ah, minggir."
Zafran terus mendekat hingga menindih tubuh Zia dan terbaring di atas kasur. Zafran berbinar dan mendekatkan wajahnya sebelum Zia berpaling.
"Zi, udah tegang. Jangan bikin pusing kenapa sih!"
"Lah, salah siapa sih? Lagian juga aku ngga mau. Sana minggir, berat."
Zafran tidak lagi menopang tubuhnya melainkan berbaring di atas tubuh Zia dan bersembunyi di ceruk leher milik Zia. Karena tubuh suaminya ini berat Zia mendorong namun dia juga tidak mampu karena tubuhnya lebih kecil dan juga Zafran yang lebih berat.
"Zafran udah ih, aku ngga mau! Aku bilangin Mama ya kamu mau begini sama aku."
"Bilang aja Sayang, paling juga kamu di ketawaain karena di ajak berpahala mah ngga mau."
"Coba deh kamu rasain."
"Ngga mau, minggir sana!"
"Zia tanggung, sekali aja. Udah keras banget, ntar aku sakit kepala gimana."