Lalita sudah duduk dimeja makan bersama keluarganya. Keluarga dari Papanya bukan Mamanya. Ia memang memilih buat tinggal saja sama Papanya karna Mamanya dulu suka ninggalin berhari-hari sendirian. Sekarang malah sudah nikah sama yang lain. Mamanya mau Lalita tinggal samanya tapi, Lalita butuh dukungan, kehangatan dan suasana layaknya keluarga. Disini, bersama Papanya dan lainnya ia merasa dianggap ada. Meskipun sekarang Lalita sudah gak digangguin suruhan Papa tirinya, cewek ini selalu dikirimin uang bulanan. Mamanya sebenarnya baik, tapi caranya aja beda.
Tapi uang itu selalu saja habis diambil Saski saudara tirinya. Entah apa yang ada dipikiran cewek sinting itu. Gak ada perasaan sama sekali dengan Lalita.
"Jangan dimainin nasinya, makan." ujar Laska.
Lalita tersadar dari lamunannya. "Eh, iya." setelah itu ia melihat kearah Papanya. "Pa, hari ini abang datang?"
Papanya menggeleng. "Gak jadi, Lit. Tiba-tiba ada urusan mendadak dikampusnya."
Hari ini, Papa dan Mama Erin akan keluar kota sama adiknya Laska paling kecil. Papanya ada kerjaan disana dan sekarang Lalita tinggal berdua lagi sama Laska. Gapapa, asalkan ada temannya. Dulu memang ada waktu Mamanya ninggalin. Tapi abangnya juga selalu sibuk sama urusan kuliah ditambah tinggalnya bareng teman alias ngontrak bareng dekat kampus.
"Laska, ayo keburu telat."
Laska mengangguk lalu izin pamitan karna mau berangkat ke sekolah. Hari ini, mereka naik mobil soalnya motor Laska lagi dibenerin.
"Pulangnya kamu antar Dela lagi atau gimana?"
"Dela kan izin gak sekolah. Lo gak tau?"
Lalita menggelengkan kepalanya. Jujur sekali selama disuruh Mamanya ia jarang buat main hp. Bahkan melihat grup aja jarang. Disuruh buat rajin belajar, kalau tidak akan diajak paksa lagi. Cewek ini memang pintar dari dulu. Mamanya bilang harus bisa ngambil posisi paling tinggi, rangkingnya. Mau tidak mau, Lalita harus lebih rajin buat belajar. Ia gak akan pisah sama Papa, Laska dan keluarga barunya ini.
"Oh, iya. Lalita lupa."
Laska menghembuskan nafasnya kasar. "Lupa atau memang gak tau? Hp lo dimana, Lit?"
"Ada kok, kenapa?"
"Hari ini ada rapat osis juga, lo gak lihat grup? Kita pulangnya lama."
"Oh, iya. Maaf."
"Hm."
•••
Aruna menggebrak mejanya lalu berdiri. "Kalau ngomong jangan sembarangan lo!"
Saksi terkekeh. "Loh? Liat aja Lalita makin hari makin jauhin orang-orang kan? Beberapa hari ini dia main sama gue. Karna apa? Gue saudara tirinya."
"Ya gak mungkin itu yang ngirim dia, Sas. Lo jangan aneh-aneh aja. Gue temanan sama dia bukan sehari dua hari. Bukan itungan jari, kurang ajar. Lo ngerjain dia kan?"
Anin merampas ponsel Aruna. "Tapi, ini akunnya Lalita?"
Siska ikutan melihat ponsel Aruna. "Astaga? Seriusan ini? Lalita yang posting?"
Aruna menggelengkan kepalanya. "Gue gak mau percaya tapi buktinya ada. Gue malu, Nin, Sis." ujar Aruna melihat Anin dan Siska.
Diandra datang mendekati Saski. "Lagian beberapa hari ini juga ngejauhin lo. Manatau dia sebenernya iri sama lo, Run. Bisa pacaran sama Rama. Dia, boro-boro buat pacaran deketin Galang aja gak bisa. Capek juga kali, ini dia nunjukin dirinya yang asli."
"Ngeri ya, sampai segitunya." ujar siswa dan siswi dikelas.
"Gue dengar, Lalita juga mau ngambil posisi rangking lo Nin." ujar Saski. "Gue gak sengaja rekam ini, karna kemarin dia kerumah nemuin Mamanya dan ngobrol."
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BOY
Teen Fiction•COLD BOY• Solidaritas tertinggi harga mati. Ragaskar, geng ternama dan sekarang diambil alih jabatan ketua oleh GALANG PRAMUJAYA. Sifat dingin tak tersentuh membuat cewek bernama Lalita Dwialana semakin gencar mengejar Galang. Selain hari sabtu dan...