Paling dekat, paling bahaya.
—Cold Boy(Maaf kalau typo, udah lama banget gak nulis)
•••Setiap murid berada di ruangan ujian masing-masing. Ruangan ini, Lalita bersama Aruna dan Dela. Anin dan Siska berada di ruangan sebelah. Ruang 4 selain ada Lalita dan Aruna, ada juga Galang, Devan dan Banu.
Di keheningan kelas ini hanya suara kertas yang di bolak balik untuk menentukan jawaban atau contoh soal lain yang hampir sama cara pengerjaannya. Ujian hari ini adalah Matematika. Lalita dengan tenang mengerikan ujian tersebut. Beda hal dengan Devan dan Banu, terhalang dua kursi saja tapi masih bisa buat bekerja sama. Ntah hasilnya benar atau tidak, biar jadi urusan mereka.
Galang juga terlihat tenang. Cowok itu memang selalu tampil dengan tenang. Kalau lagi marah TIDAK ya.
"Semuanya kerjakan dengan tenang, saya izin permisi ke toilet dulu. Nu, Banu mulutnya saya cocol sambal mau? Diem gitu loh." ujar guru pengawas itu.
"Maaf, Pak. Ini soalnya susah banget sih, kayak hidup Devan."
Devan tak terima melempar cowok itu dengan pena. "Anjir deh lo, Nu. Gue aja teros!"
"Sssttt—"
Tak lama perginya pengawas itu, kelas lumayan berisik. Ya namanya murid, kalau gak diam karna guru ya berisik bisa jadi karna contekan. Lalita disamperin beberapa siswi, dia terdiam bingung. Masih adakah yang menganggapnya kali ini? atau hanya–
"Lit! Tolong dong ini rumusnya bener gak?"
"Tolong juga dong jawabnnya 1.450 atau 1.345? "
"Ih gue dulu dong, penting banget gue lupa rumus ini."
"Lo bisa pelan dikit gak?"
"Ada maunya juga, gausah ngerasa ada yang masih mau nganggep temen."
Deg..
Lalita melihat kearah belakang, ada Dela ternyata. Loh, kenapa baru sadar?
Cewek ini hanya diam dan kembali mengerjakan soalnya. Para siswi itu dibuat kesal. Lalita kenapa tidak menjawab dan hanya mengela nafas?
"Pelit banget, Lit?"
"Iyanih, nanya satu doang."
Lalita berdiri lalu meninggalkan ruangan dan keluar kelas. Disusul cewek dengan rambut pendeknya yang ia lilit-lilit ujungnya pakai pena. Dela, iya itu dia. Entah apa tujuan cewek itu menyusul Lalita.
Tidak lama, Lalita keluar dari kamar mandi dan menuju kaca toilet. Disana ia melihat dirinya dengan kasihan. "Selama ini, apa Lalita cuma dimanfaatin?"
"Dela? Kok jahat banget bilang gitu, ya?"
Tuk..tukk..
Suara sepatu berada dibelakang Lalita. Cewek yang sedang mencuci tangan ini berhenti dan memandangi pantulan kaca dihadapannya. Dela? Mengikutinya?
"Kenapa? Kaget?"
Lalita lagi dan lagi diam. Ia benar-benar bingung, ada apa, Dela?
"Kamu kenapa sama Lalita? Kok kelihatannya kamu ada yang mau disampein ya, Del?"
"Apa, Lalita buat salah sama kamu, Del?"
"Maaf kalau akhir-akhir ini bikin kalian semua kesal, tapi Lal–"
Dela menampar cewek ini. Entah kenapa, tiada angin tiada hujan. Kenapa harus Dela? Cewek itu tersenyum lalu mengelus pipi Lalita. "Gue capek pura-pura baik depan lo sama yang lain. Selama gue suka sama dia, semua hal berkaitan dengan dia gue benci, benci diganggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BOY
Teen Fiction•COLD BOY• Solidaritas tertinggi harga mati. Ragaskar, geng ternama dan sekarang diambil alih jabatan ketua oleh GALANG PRAMUJAYA. Sifat dingin tak tersentuh membuat cewek bernama Lalita Dwialana semakin gencar mengejar Galang. Selain hari sabtu dan...