Hidup itu lucu, benar banget gak sih? Kadang kala, kita senang sama apa yang kita miliki kadang juga kita merasa apa yang kita miliki, ternyata gak sebanding punya orang lain. Ini yang lucu hidup apa pikiran ya?
Oh iya, back to story.
•••
Lalita berdiri menatap sosok Galang yang sudah berdiri disampingnya. Posisinya sedang duduk dan Galang menghampirinya. Semua mata tertuju ke dua orang ini. Sejak kapan Galang mau menghampiri Lalita duluan? Pertanyaan yang ada pada semua orang di kelas ini.
Aruna melihat kebelakangnya. Lalita yang duduk sendiri tanpa teman benar-benar kasihan. Entah kenapa Aruna juga marah banget ke cewek itu. Kalau dibilang privasinya kesebar emang benar tapi, ada hal lain. Satu orang yang gak terbayangkan adalah penyebab masalah besar muncul.
Aruna membalikkan pandangannya. Ia melihat ke Anin dan Siska yang sibuk mengobrol. "Kira-kira bakal ada apalagi ya?" maksud Aruna adalah Lalita yang tengah duduk bersama Galang dikursi belakang. Hanya Galang dan anak Ragaskar yang menemani cewek itu. Bahkan banyak orang yang bilang Lalita itu sudah kelihatan sifat aslinya, mau sana sini.
"Kelihatan kan, apa coba ya yang dikasih Lalita ke anak Ragaskar?"
"Aduh bukan main, pikiran lo kotor banget!"
"Ternyata polos-polos lebih jahat ya!"
"Dapat jatah kali mereka."
Damn, cowok-cowok dikelas Lalita tidak kaget apa kalau Galang ngamuk? Galang loh, kalau ngobrol gak pernah nyaut. Sepatah dua kata doang tapi kalau urusan hak miliknya diganggu, kelar deh. Apalagi rumor sekarang, Lalita makin dekat sama Galang.
"Udah dipake ya?"
Galang benar-benar risih dan memilih berdiri lalu menghampiri cowok-cowok itu. Menarik kerah baju salah satu dari mereka. "Ngomong sekali lagi."
"Lalita? Berapa kali dipake?"
Satu tinjuan melayang ke wajah mulus cowok itu. Galang dengan kesalnya kembali menarik kerah baju cowok brengsek dihadapannya ini. "Bukan karna gue sama yang lain dekat ke Lalita, lo anggap dia murahan. Mulut sampah lo bisa gue beli, jadi jangan asal bicara."
"GAL?" Aruna kali ini benar-benar seperti bukan dirinya. Jauh berbanding terbalik semenjak masalah itu.
"Lo mau masuk BK? Mending pergi aja dari sini, bikin ribut." ujar Aruna berdiri lalu melihat Lalita dibelakangnya. "Lo juga, nambah masalah aja disini–"
"Run? Lalita teman lo." seru Alan yang sudah berada di pintu kelas. "Lo mikir gak? Dia, Lalita yang udah bareng sama lo lama bukan 1/2 hari. Lo dengan mudah percaya sama masalah kemarin?"
"Urusan lo apa, Lan?" kata Dela yang ikutan pusing. "Kalau memang dia gitu, ngapain dibela?" Lalita menunduk menahan segala kesedihannya. Dela yang baru saja masuk setelah izin sekolah sudah mulai ikut memihak ke teman-temannya bukan Lalita.
"Del?" seru Lalita. "Maafin kalau Lali salah sama kamu. Lalita–"
"Ngapain minta maaf? Lo salah apa Lalita?" kata Alan.
Galang menarik pergi Lalita keluar kelas. Ia benar-benar gak mau cewek ini pusing atau lainnya. Mulut anak kelas bukan main jahatnya. Apalagi yang bela Lalita juga gak banyak, tapi ada cuma tetap aja kalah sama yang lain.
"Gal, aku mau izin gak masuk aja kali ya?"
"Kapan?"
"Besok sampai–"
"Gak usah, ngapain? Mau ngehindar?"
"Maksud kamu apa, Gal?"
Galang memberhentikan langkahnya. "Coba lo pikir kalau hilang gitu aja. Apa yang mereka bilang kelihatannya benar dan lo salah. Mau benar apa salah diri lo jangan pergi atau hilang kalau masalahnya belum ada titik jelasnya, Lalita."
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BOY
Novela Juvenil•COLD BOY• Solidaritas tertinggi harga mati. Ragaskar, geng ternama dan sekarang diambil alih jabatan ketua oleh GALANG PRAMUJAYA. Sifat dingin tak tersentuh membuat cewek bernama Lalita Dwialana semakin gencar mengejar Galang. Selain hari sabtu dan...