04. FORCED LOVE : Fitting

7.6K 822 115
                                    

Saat ini Jennie yang di temani oleh sang sekretaris sedang berada di perjalanan untuk menuju ke suatu tempat telah di tunjuk tuan Alexander, berita itu mendadak pasalnya Jennie baru saja menyelesaikan meeting kecil bersama petinggi perusahaan. Ia terduduk gelisah di sisi kanan sembari melihat mobil dan bus berlalu lalang di sampingnya, tak ada pikiran negatif maupun tolakan sebab mereka akan mengunjungi toko pakaian untuk melakukan fitting gaun pengantinnya.

Sungguh di luar nalar, sebentar lagi namanya akan berganti marga bahkan ia menyandang status baru sebagai istri sah Lalisa tapi hatinya tiada kebahagiaan sama sekali. Jujur ia masih berusaha menerima alur kehidupannya ini dan seolah semua cerita terlalu cepat berdatangan bagaikan hujan yang keroyokan.

"Haraboji menyiapkan segalanya untuk kalian, gaun pengantin pun sudah ada. Berarti dia memantau eonnie sejak lama, tapi yang membuatku heran adalah kenapa keluarga Manoban tidak pernah muncul selama ini dan tiba-tiba berucap ingin menjodohkan eonnie dengan CEO Lisa." Tukas wanita berambut blonde tengah menyetir, ia bisa segalanya mengurus Jennie termasuk menjadi asistent serta sahabat.

"Itulah mengapa aku bingung, appa juga diam saja dan bertemu Lisa baru beberapa kali tertambah sikap angkuhnya sangat menyebalkan." Tandasnya menoleh sedikit ke sisi kiri, ia bangga mempunyai seseorang seperti Rosie dapat di andalkan. Ia menghela nafas kala memikirkan masa depan yang mungkin bisa di katakan kurang cerah, ia meyakini karena Lisa alasannya. Bagaimana hubungan rumah tangga harmonis jika cinta pun tidak ada.

"Namun eonnie harus senang, sebab akan menjadi ratu satu-satunya di kerajaan Manoban. Kau pasti mendapat lebih banyak sorotan selepas ini." Pungkas Rosie memberitahu, mendengar hal itu Jennie mengernyitkan dahinya tidak masuk di kerja otaknya. Ia lantas menggaruk dagu miliknya terus berpikir.

"Bukankah Lisa mempunyai ibu, jelas ratunya adalah dia." Sambung Jennie melihat pergelangan jam di tangannya sudah menujukkan pukul 10.00, artinya mereka telah menghabiskan perjalanan selama 10 menit.

"Uhmm aku kurang yakin, kekasihku tidak pernah menceritakan apapun mengenai keluarga Manoban kecuali CEO Lisa yang galak kekeke." Ketawanya tak berhenti meski ia tau gadis di samping merupakan calon istri Lisa, bukannya marah mengenai ucapan Rosie justru Jennie turut tertawa.

"Kalau itu aku setuju." Senyumnya di akhir, memang Lisa terkenal mempunyai sifat menakutkan sebagai atasan dan semuanya terbukti benar. Jennie sama sekali tidak takut malah terbilang lucu ketika wajah rupawan itu sedang di mode serius.

Di sisi lain seorang wanita tampan tengah terduduk malas di salah satu sofa toko pakaian pengantin, ia menghela nafasnya berkali-kali kala sang designer menunjukkan banyak koleksi miliknya. Karena tidak lama lagi pernikahan itu di gelar sehingga tak memungkinkan membuat pakaian terlebih dahulu, Jisoo membantunya memilih berbagai kain modern dan berharap cocok bagi atasannya. Meskipun ia sangat tau bila Lisa tidak peduli dengan pernikahan ini namun ia tetap berusaha agar tuan Alex bahagia.

"Lalisa, ayo bangkitlah. Kau harus move on dari masa lalu, ya aku tau itu begitu sulit untukmu tetapi kau perlu memikirkan masa depan. Bergegaslah berganti, nanti biarkan nona Kim menentukan pilihan sendiri dan kita akan mencocokan." Tukas Jisoo membawa tiga stelan toxedo di lengannya, ia sekarang bertindak sebagai Jisoo sang sahabat yang membujuk bagaimanapun caranya supaya Lisa bersedia menghormati keputusan kakeknya.

"Haish, aku malas sekali berada disini. Aku pasti gembira jika pasangan pengantinku Diana bukan dia." Cetusnya menyilangkan kaki ke sebelah kanan, ia masih rapi karena datang dari kantor. Jisoo menepuk bahu si jangkung, berharap segera bangkit lalu menuruti perintah saja.

"Mungkin Jennie jodohmu." Ucapnya membuat pemilik rambut pendek melebarkan mata kurang menerima, ia lekas melirik ke arah Jisoo yang menunjukkan deretan gigi putihnya.

FORCED LOVE (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang