Hari telah berganti menjadi pagi, sosok perempuan cantik sedang menyiapkan sarapan untuknya juga Lisa sebelum berangkat ke kantor. Sebagai istri Jennie memang wajib melakukan ini demi menyenangkan hati suaminya, terlebih hubungan mereka sudah membaik di bandingkan sebelumnya. Jennie tersenyum meletakkan sandwich special yang di buatnya penuh rasa cinta.
Entahlah, itu hanya kiasan semata atau dia memang telah mempunyai perasaan yang besar terhadap Lisa. Ia menoleh ke arah lift yang terbuka menampakan wanita bertubuh tinggi mengenakan pakaian rapi stelan jas, cucu Manoban melangkahkan kaki menuju ke ruang makan dengan senyuman menawan.
"Selamat pagi." Ucap Jennie membalas senyuman tersebut, ia terduduk setelah Lisa juga duduk di seberang. Selalu kepala rumah tangga Lisa berada di ujung, biasanya tempat itu di gunakan oleh orang paling berkuasa di rumah.
"Selamat pagi." Jawab Lisa menyeruput coklat hangat, ia tidak terlalu menyukai kopi meski sesekali meminumnya. Jennie tak mau salah lagi seperti saat lalu.
"Ahh ya, apakah kau yakin sudah mau ke kantor?" tanya Jennie mengerungkan dahi. Ia memperhatikan raut wajah Lisa yang tidak merasakan kesulitan, semalam wanita itu tidur nyenyak dan tidak panas kembali.
"Hmm, kurasa badanku telah enak. Pekerjaanku menumpuk, bahkan setelah ini aku harus melakukan meeting." Papar Lisa menyiapkan sandwich buatan Jennie, sekarang ia merasa sehat jika setiap hari di urus secara baik oleh istrinya.
"Baiklah, jaga kesehatanmu. Dan aku membawakan bekal, tidak terlalu banyak lauk setidaknya ini lebih menyehatkan di banding makanan di luar." Tunjuk Jennie pada tas kecil di ujung, sempat terkejut pasalnya ini merupakan pertama kali seumur hidup di bawakan makanan selain ibunya saat masih sekolah dasar dahulu.
"Woahh kapan kau menyiapkannya?" tanya Lisa membulatkan bibir, ia menyeruput air coklat panas yang menghangatkan tubuhnya.
"Tadi aku bangun lebih awal, mulai saat ini kalau aku tidak terburu-buru atau tak sibuk kemungkinan besar akan menyiapkan bekal untukmu. Tak masalah kan?" tutur Jennie menaikan sebelah alis meminta jawaban, ia takut Lisa malu terhadap orang di kantor.
"Tentu saja, tapi sebaiknya perhatikan tubuhmu juga. Jangan terlalu memikirkanku terus." Tandas Lisa melahap habis menu sarapannya, ia melihat jam di pergelangan tangan sudah cukup siang untuk ke kantor.
"Hmm, gwencana." Seru Jennie membantu memakaikan dasi yang tak pernah ia lakukan, sejujurnya ia sedikit gugup di posisi saat ini. Badan Lisa begitu jangkung dan ia melilitkan kain melingkar di leher suaminya.
Jantung Jennie berdegup kencang tak memungkiri ia gugup berada di situasi sekarang, tangannya bergemetar tak berani menatap manik mata Lisa yang tengah memandangnya penuh haru. Putri tuan Kim berhasil mengenakan dasi biru yang menambah keelokan paras Lalisa, ia mengusap bahu lebar suaminya menandakan bahwa ia bangga sedikit demi sedikit mengubah perilaku Lisa untuk menghargainya.
"Terimakasih, nanti sore kita bertemu di rumah. Hati-hati dan selamat bekerja." Pungkas Lisa mengambil tas laptop juga tas bekal di atas meja, ia terlihat tergesa-gesa beruntung hari ini sopir yang akan mengantarnya.
"Kamu juga hati-hati ya, hwaiting." Teriak Jennie mengepalkan tangan ke udara, ia berbinar mengamati Lisa meninggalkan ruang makan namun sesaat kemudian perempuan jangkung membalikkan badannya kembali sembari menggaruk belakang tengkuknya.
"Wae geurae?" bingung Jennie menyipitkan mata, ia tak dapat memahami tingkah Lisa yang aneh.
"Hmm a-aku lupa sesuatu." Ucap Lisa nampak malu-malu, ia seolah tak tau harus bertindak seperti apa.
"Lupa ap..."
Cupppp
Sontak saja kedua mata CEO KIC melebar sempurna kala Lisa mendaratkan ciumannya di kening, ia terpaku tak mengerti oleh tindakan mendadak tersebut. Sementara ketika ia ingin meminta pertanggungjawaban pendapat, namun Lisa sudah berlari sekencang mungkin meninggalkan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED LOVE (JENLISA)
FanficWarning!!! 18+ GENRE : FUTA G!P, Romance, Tense, Sad, Drama Married, Happy Seorang CEO muda dari Manoban Central Asia bernama Lalisa Daniel Manoban, dia merupakan cucu tunggal yang harus meneruskan bisnis keluarga. Untuk menjadi Komisaris atau Pimpi...