Suara desahan seorang wanita terdengar cukup nyaring kala merasakan sakit yang teramat dalam di sekujur badannya, entah lebih tepat di hati ataukah perasaannya. Ia mengusap kedua mata secara perlahan, mengerjab beberapa kali demi memahami sedang ada dimana dirinya sekarang.
"Ashhhh." Lenguhnya, jujur saat ini ia ingin melepas kepalanya sendiri akibat alkohol yang di minum semalam.
"Ohh jam berapa sekarang." Ujarnya parau, ia mencoba bersandar pada headboard ranjang. Tak ada perubahan di sekitar ia berada karena, Jennie mengetahui bila sekarang dirinya tengah ada di kamar pengantinnya.
"Astaga, sudah jam 08.00. Apakah aku akan bekerja, tapi ahh sakit sekali." Pegangnya pada kepala, efek seseorang yang jarang mabuk mungkin menghampirinya. Ia sedikit menyesal telah melakukan itu.
Jennie menoleh ke sebelah kanan atau ke atas nakas yang terdapat segelas air minum serta obat mabuk, ia juga melihat sup rumput laut untuk menetralkan pengar. Jennie menghela nafasnya, semua yang terjadi semalam sama sekali tak ia ingat kecuali berkenalan pada gadis aneh dan nyeleneh tapi ia senang mengobrol terhadapnya.
"Siapa yang mengantarku pulang." Tanyanya, ia tak bodoh lagi karena masih mengingat bahwa malam itu dirinya tak membawa mobil ke club. Namun rasa penasarannya ia urungkan akibat perutnya mual ingin muntah.
Sedikit terhuyung perempuan bertubuh pendek masih mengenakan pakaian kantor tersebut terburu-buru memasuki kamar mandinya sembari ingin mandi sekaligus, ia mulai berpikir jika merenung di rumah hanya akan menambah kegilaan lain.
Tak memerlukan banyak waktu, anak tunggal keluarga Kim menyelesaikan mandi kilatnya. Ia terduduk di pinggir ranjang sambil mengamati segala sisi bahkan tanda-tanda kepulangan Lisa pun tidak ada, sempat ia menggetarkan giginya membayangkan hal menyakitkan. Seketika ia mengingat ucapan Rosie di telepon kemarin.
"Baiklah madame, oh ya hmm s-saya baru saja mendapat telepon dari Jisoo bahwa..."
"Apa maksudmu?"
"Bahwa nona Diana ada di Seoul dan..."
"Lantas apa hubungannya denganku?"
"Hmm masalahnya adalah d-dia menyuruh sajangnim menjemputnya dan saat ini m-mereka bertemu."
Ia remas kuat-kuat sprei sampai menjadi kusam, ia tak tau harus marah pada siapa. Jennie merasa terkhianati setelah mereka memutuskan untuk bertemu, padahal saat ini Lisa merupakan suaminya bahkan wanita special tidak pulang ke rumah semalaman. Hatinya berkecamuk, banyak tanda tanya di otaknya dan ia ingin menghilangkan semua itu.
"Sial! kenapa kisah cintaku seperti ini. " Racaunya menginjak kedua kakinya ke lantai begitu kencang, ia tak sanggup bila hidup menderita akibat rumah tangga yang buruk. Ia terdidik dari keluarga harmonis serta saling menyayangi satu sama lain, lalu ia mendapatkan voucher terburuk sepanjang masa yaitu menikah dengan Lalisa.
"Apa yang mereka lakukan semalam." Desisnya menggigiti jari telunjuk, meski ia mengakui cintanya belum sedalam itu kepada Lisa tetapi setidaknya ia sedang berusaha menjadi istri terbaik. Jennie memang mempunyai rasa dan ia sudah terpanah hanya melihat kedua manik mata hazel tersebut.
Tok tok tok
Ceklekkkkk
Sesaat ia masih di posisi melamun, secara mendadak ada yang mengetuk lantas membuka pintu kamarnya. Ia mengira bahwa asistet mereka namun dugaannya salah, perempuan berwajah sendu dan tangan kanannya mengapit jas hitam sedang berjalan gontai memasuki ruangan. Lalisa, ia tak menyapa istrinya sama sekali dan langsung menuju ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED LOVE (JENLISA)
FanficWarning!!! 18+ GENRE : FUTA G!P, Romance, Tense, Sad, Drama Married, Happy Seorang CEO muda dari Manoban Central Asia bernama Lalisa Daniel Manoban, dia merupakan cucu tunggal yang harus meneruskan bisnis keluarga. Untuk menjadi Komisaris atau Pimpi...