Perempuan cantik mengenakan pakaian lengkap untuk berkebun sedang sibuk memetik beberapa tanaman di dekat villa, tumbuhan yang sengaja di budi dayakan KIC sebagai salah satu daya tarik pengunjung. Bahkan mereka dapat turun langsung memanen atau menanam jenis sayuran di sana, Jennie telah menyuruh Rosie kembali ke Seoul agar menyerahkan bibit dan hasil panen mereka untuk observasi. Namun seolah betah berlama-lama disini Jennie senang mengamati tanaman yang hijau dan udara sejuk ketika pagi hari seperti sekarang.
Ia teringat betul bagaimana semalam hampir mencekam, Lalisa sungguh membahas kejadian memalukan semalam itu, sudah pasti Lisa yang paling menderita tetapi sekaligus malu kalau Jennie menggodanya. Putri tuan Kim mengulul bibirnya sembari menggeleng memetik tomat, wortel dan tanaman lain di wilayah ia berdiri.
"Woahh segar sekali, bentuknya juga bulat sempurna. Pantas saja para petani disini mendapatkan sertifikat A+, tidak rugi membeli lahan besar dan menjadikan sebagai produsen sayur-sayuran yang di distribusikan ke beberapa wilayah Korea." Ucap Jennie bangga, sejak kecil ia sering di ajak ke Jeju oleh orangtuanya. Lahir dari keluarga konglomerat memang salah satu privilege yang di terima, kini Jennie harus mengembangkan bisnis itu bahkan semakin memperluas jangkauan.
"Memegang wortel ini, aku jadi tidak asing dengan bentuknya kekeke." Tawa Jennie menggelengkan kepala, ia yakin otaknya telah terkontaminasi oleh pikiran kotor akibat kejadian semalam.
"Haii Jennie, lihatlah keranjangku." Panggil laki-laki dari arah belakang, ia menunjukkan berbagai sayuran yang di petik. Bukannya Jennie senang justru senyuman itu luntut setelah mengamati keseluruhan.
"Haish Mino, tomat ini masih muda dan tidak boleh di petik. Astaga kenapa selada yang baru tumbuh kamu ambil." Kesal Jennie memilah di dalam keranjang, dia tidak mungkin memaksakan diri menerima semua hasil petikan Mino.
"Memangnya harus memilih? bukankah semuanya dapat di konsumsi." Garuknya di belakang kepala, ini kali pertama ia berkebun. Keberadaan Jennie juga sebagai alasan kuat untuknya.
"Tentu saja tidak, biarkan yang masih kecil atau muda tumbuh. Lebih baik kau tak usah memetik lagi, istirahatlah." Pungkas Jennie mengambil paksa keranjang dan di taruh di kursi dekat kebun, ia pun meneruskan langkahnya mengamati buruan untuk memasak sarapan pagi ini.
"Kalau begitu aku ikut kamu." Teriak Mino mengikuti Jennie dari belakang, ia tak lekang memandang anggota tubuh wanita yang pernah singgah di hatinya. Terkadang penyesalan selalu tiba di akhir, ia takut untuk mengajak berbicara lebih dalam karena Jennie pasti akan merasa risih.
"Hmm Mino, kau bantu ahjussi memanen kentang itu." Suruh Jennie ke sisi barat, terdapat beberapa pria berjibaku menggali tanah untuk mengambil kentang sebagai jenis umbi-umbian.
"Baiklah, tunggu sebentar ya. Nanti aku kesini kembali." Ucap Mino berlari penuh antusias, ia mengambil alat di genggaman petani dan langsung mematuhi perintahnya untuk mendapatkan kentang yang segar.
Jennie menghela nafasnya, jujur ia tidak suka di buntuti Mino. Ia mengetahui hubungan mereka hanya sebatas partner kerja bukan hal lain, terlebih ia telah mempunyai suami sekarang. Membuat Lisa jengkel serta marah memang menggemaskan namun rasa iba menyerang jiwanya, ia lantas memetik tomat berwarna merah sedikit orange ke wadah. Jennie lumayan pintar dalam berkebun bisa di lihat dengan jumlah di wadah hampir penuh.
"Good morning." Sapa perempuan tinggi melebarkan senyumnya, ia nampak mengenakan peratalan untuk berkebun.
"Good morning, kamu sudah bangun?" tanya Jennie menoleh sejenak mengamati wajah sumringah Lisa yang menganggukkan kepala.
"Ya, aku ingin membantumu bercocok tanam." Tukas Lisa menunjukkan satu alat yaitu sekop seolah memberitahu bahwa ia siap berpeluh keringat hari ini.
"Kekeke kau sangat excited, tapi aku tidak akan menanam melainkan memanen. Jadi ayo ikut aku sekarang." Ujar Jennie membiarkan Lisa membuntutinya, ia menaruh wadah besar tadi tepi supaya ada petani yang mengambilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED LOVE (JENLISA)
Fiksi PenggemarWarning!!! 18+ GENRE : FUTA G!P, Romance, Tense, Sad, Drama Married, Happy Seorang CEO muda dari Manoban Central Asia bernama Lalisa Daniel Manoban, dia merupakan cucu tunggal yang harus meneruskan bisnis keluarga. Untuk menjadi Komisaris atau Pimpi...