Hari ini adalah hari yang mendebarkan bagi pasangan baru Jennie dan Lisa, mereka harus di paksa melakukan ikrar janji suci di hadapan pendeta atas nama Tuhan. Pernikahan seumur hidup sekali tak mau di sia-siakan siapapun namun naasnya mereka harus berpasrah diri jika takdir hidupnya tidaklah semulus orang lain, pernikahan tanpa cinta demi kenaikan jabatan serta patuh terhadap orangtua memang menyakitkan tetapi mereka tak dapat mengelak lagi sekalipun sengaja pergi takkan menyelesaikan masalah.
Ruangan keduanya di pisah sebab sengaja di lakukan agar sang mempelai saling merasa rindu serta terpukau setelah mengenakan pakaian pernikahan mereka namun sepertinya itu tidak terjadi untuk mereka, di ruangan cukup besar gedung serbaguna yang telah di sulap menjadi sangat menarik mata para tamu undangan. Jennie sedang di poles untuk terakhir kalinya sebelum ia bersiap bertemu sang ayah juga pendeta di altar, Park Ara yang merupakan ibu kandung Jennie itu terduduk tepat di sebelah anak kesayangannya berharap bisa berbicara empat mata.
"Sayang, kamu sangat cantik. Eomma tidak bisa tidur, sejak semalam terus memikirkan dirimu. Apakah kamu siap menjalani pernikahan ini?" tanyanya mengusap perlahan lengan Jennie terbilang mulus, wanita dewasa membuat putri semata wayang menatap wajahnya penuh kasih.
"Terus terang aku masih belum siap, tapi aku tidak dapat menghindar lagi bahwa aku harus tetap melanjutkannya." Timpal Jennie membalas eratan jemari mungil ibunya, ia tak mau terlihat tertekan di situasi cukup genting tersebut.
"Maafkan eomma sayang, mungkin ini yang terbaik untukmu. Bersabarlah semua membutuhkan proses, eomma yakin suatu saat kau akan menjadi wanita paling bahagia dan beruntung sebagai istri Lisa." Harap Park Ara tak mau sang anak menderita di kehidupannya, ia menghormati keputusan tuan Kim telah memberikan putri mereka kepada seseorang yang baru saja saling mengenal dan pertemuan mereka tidak baik.
"Semoga saja, setidkanya aku lebih bekerja keras untuk hubungan ini. Hmm bila itu keinginan appa agar kami terus bersama baiklah aku ikhlas dan bersedia apapun konsekuensi kedepannya." Senyum Jennie sangat tulus, siapa menduga bila gadis yang di perebutkan banyak CEO terkenal serta tampan di luar sana justru berpasrah diri tentang perjodohan ini. Jennie bisa menolak lalu memilih dengan mudah pria-pria itu tanpa bersusah payah namun ia malah menyetujui menjalin hubungan gila terhadap manusia tak pernah memandangnya sebagai perempuan.
"Kamu memang anak baik sayang, Lisa jelas menyesal telah menyia-nyiakanmu." Tukas nyonya Kim menghapus air mata yang terjatuh, ia memang kasihan apalagi memperhatikan bagaimana sikap Lisa terlalu datar dan tak menganggap ada anaknya. Ibu mana tidak sakit hati mendapat perlakuan itu, tetapi doanya setiap hari terus di pancarkan karena ia harus percaya kepada suaminya jika pilihan ini sudah di pikirkan matang-matang.
"Saat ini sedang proses, Lisa juga tidak mudah menjalaninya terlebih dia telah mempunyai kekasih." Ia mengulum bibirnya menampakkan kedamaian, tidak ada yang tau bahwa sejujurnya Jennie kurang yakin dengan diri sendiri apakah bisa menaklukan Lisa atau bahkan sebaliknya. Manusia batu serta kaku seperti Lisa membutuhkan tenaga extra penuh jatuh bangun hanya demi perhatian kecil.
"Jangan cemas atau cemburu, statusmu sebentar lagi lebih tinggi di bandingkannya." Tukas nyonya Kim membesarkan hati Jennie, sang empu menaikkan sebelah alisnya merasa bingung.
"Siapa yang cemburu? aku biasa saja, lagipula kita tidak saling kenal." Celetuk Jennie mengalihkan pandangan ke arah depan dimana dua orang sedang berjalan kepadanya sembari membawa peralatan make up.
"Kalau tidak cemburu mengapa pipimu merah?" goda Park Ara membangkitkan kekesalan Jennie, gadis bertubuh mungil merengut sebal hampir ingin memukul ibunya tapi ia urungkan.
"Yahh eomma, ini adalah blush on." Protesnya kurang menerima, tiada yang tau seperti apa isi hati Jennie di dalam sana.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/309208676-288-k105280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED LOVE (JENLISA)
FanficWarning!!! 18+ GENRE : FUTA G!P, Romance, Tense, Sad, Drama Married, Happy Seorang CEO muda dari Manoban Central Asia bernama Lalisa Daniel Manoban, dia merupakan cucu tunggal yang harus meneruskan bisnis keluarga. Untuk menjadi Komisaris atau Pimpi...