Pagi hari di jalan yang cukup sepi terdengar suara perempuan sedang berteriak meminta tolong sembari melambaikan tangan berharap ada seseorang bersedia menolongnya atau paling tidak menemukan keberadaannya, wanita pendek nampak ketakutan melihat dua sosok pria berbadan besar sedang mendekat padanya. Yang satu menarik tas berisi laptop kantor yang penting, sedangkan lelaki berwajah dewasa mengenakan kacamata memegangi tangannya agar mau melepas.
"Tolonggg.. tolonnggggg, yahh jangan mengambilnya. Kau tidak berhak atas itu, isinya berkas penting sialan!" pekiknya menyipitkan mata memandangi wajah kedua perampok tersebut.
"Diamlah jalang, serahkan cepat tasmu atau kau akan mati!" tudingnya tanpa menggunakan benda tajam namun sorot mata lelaki memakai tudung hitam begitu menyeramkan.
"Tidak akan, kau bisa mengambil yang lain misalkan mobil itu terserah asal jangan laptop. Banyak berkas belum ku pindahkan." Tawarnya menunjuk kendaraan di belakang mereka berdiri.
"Tidak sudi, kau memberi mobil rongsokan itu padaku huh?" tak terimanya mendongakkan dagu wanita sedang mencoba membela diri.
"Apa katamu? mobilku hanya mogok, asal kau tau keluargamu bisa hidup mewah selama setahun penuh setelah menjualnya, sedangkan laptop ini harganya tak seberapa. Lepaskaannn!" teriaknya sekali lagi, benar saja bila perempuan sedang kesulitan ini adalah Jennie.
Ia ingin berangkat ke kantor lebih dini tapi di pertengahan jalan mobilnya mendadak berhenti, alangkah terkejutnya kala ada mesin yang tak ia ketahui mati. Entah terputus kabel atau lainnya, Jennie kesal lantas ada dua pria berjalan di sekitarnya dan bersedia membantu namun tidak lama justru mereka menyerang Jennie yang menggerutu sepanjang menit.
"Tidak peduli, aku butuh untuk di jual sekarang." Tantang pria di sebelah kiri berteriak nyaring membalas Jennie.
"Tolonggg ada perampok tolongggg hiks hiks." Tangisnya kala dua orang itu berhasil mengambil tas miliknya, bukan berniat pergi tetapi mereka malah melakukan sesuatu hal tidak senonoh. Pria tinggi mencolek dagu Jennie yang mencoba menenangkan kepanikan.
"Disini sepi, tak mungkin ada yang menolongmu cantik." Godanya sementara Jennie menutup wajah menggunakan telapak tangan, kekuatannya jelas kalah di banding dua pria di hadapannya.
"Hiks hiks ambilah semua barangnya asalkan jangan menggangguku, ku mohon." Tukas Jennie berjongkok di bawah, ia ketakutan di suasana senyap sehabis hujan deras. Hanya ada pengendara lain yang tak ada perasaan belas kasih membantunya.
"Tentu saja kau harus melayani kami, itu adalah satu-satunya cara terbaik kekeke." Papar pria gemuk bertepuk tangan meriah seolah mendapat mangsa, ia mendapat sorakan bahagia di sebelahnya.
"Majja, apalagi kau cantik. Dan ku perhatikan kau sangat sexy kekeke." Ucapnya kembali, Jennie tak mau mendengar apapun. Ia menutupi telinganya berharap mereka mengurungkan niat.
"Bagaimana kalau kita mencari hotel terdekat manis hum.." ujar pria yang melepaskan penutup wajah sambil akan mencolek tangan Jennie tapi mendadak ada seseorang dari arah lain mendorong tubuhnya begitu keras.
Buughhhhhhh
"Keparaaatttt!" kelakarnya menghantam wajah pria berulangkali sampai tersungkur di jalan.
"Siapa kau!" tantang teman lain mengangkat tangannya ke udara untuk melayangkan pukulan keras ke muka wanita special yang sudah menampilkan wajah kermurkaannya, sebelum ia benar-benar menyentuh pipi mulus sudah terlebih dahulu Lisa memutar tangannya sampai ke belakang.
"Apa maksudmu hah? beraninya kalian menggoda Jennie, kau tak tau bahwa dia merupakan menantu Manoban! aku akan membunuh kalian berdua." Marah Lisa yang memukul keduanya secara bergantian tanpa perlawanan, Jennie terpukau memperhatikan suaminya sangat gentle menghadapi dua pria berbadan lebih kuat di bandingkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED LOVE (JENLISA)
Fiksi PenggemarWarning!!! 18+ GENRE : FUTA G!P, Romance, Tense, Sad, Drama Married, Happy Seorang CEO muda dari Manoban Central Asia bernama Lalisa Daniel Manoban, dia merupakan cucu tunggal yang harus meneruskan bisnis keluarga. Untuk menjadi Komisaris atau Pimpi...