23. FORCED LOVE : Hamil + Info

13.4K 754 306
                                    

Hari terus berganti, tidak sadar bahwa sudah ada 2 minggu lebih ketika terakhir pasangan pengantin baru melakukan hubungan intim suami dan istri sebagaimana mestinya. Walaupun Jennie tidak terlalu menyukai cara Lalisa yang terlalu kasar serta mabuk berat, sepanjang waktu dia terus terpaku oleh peristiwa saat lalu. Apakah sang suami mengingatnya atau tidak, Jennie pun menggelengkan kepala ketika ia di sibukkan dengan rutinitas setiap pagi.

CEO muda perusahaan KIC tengah masak di dapur, ia menyiapkan makanan ala kadarnya karena semenjak semalam merasa kurang enak badan. Jennie memegangi kepalanya yang terkadang pusing tujuh keliling, seperti halnya sekarang ia harus memaksakan diri untuk melayani Lalisa sebelum berangkat ke kantor. Dia membuatkan roti panggang selai coklat kacang saja, Jennie sengaja hanya membuatkan menu simple.

"Selamat pagi." Ucap Lisa baru datang dari kamar atas, ia berjalan sangat wibawa sembari membawa jas hitamnya ke lengan. Jennie pun memberi senyum manis, ia membiarkan Lisa duduk di ujung seperti biasa.

"Selamat pagi, maaf aku tidak bisa masak yang banyak. Jadi roti panggang tidak masalah kan?" tanya Jennie harap-harap cemas, sebagai ibu rumah tangga ia kerap memudahkan Lisa merawat diri dan menjamin kebersihan setiap makanan yang di konsumsi. Cucu Manoban itu sangat bersyukur mempunyai istri sepertinya.

"Hmm, tak ada masalah." Ujar Lisa sejenak mengamati raut wajah dari Jennie yang sedikit aneh, ia mengernyitkan dahi seusai menggigit roti dua tumpuk.

"Jennie, apa kamu baik-baik saja? kenapa wajahmu nampak pucat?" ungkap Lisa menye- ruput coklat panas yang menghangatkan tubuhnya. Ia tetap memandang sang istri yang tidak berselera untuk sarapan.

"Gwencana, mungkin karena kelelahan. Aku akan minum vitamin setelah ini." Balas Jennie turut meminum air putih, padahal dia selalu mengkonsumsi teh atau pun kopi setiap pagi tapi sekarang berbeda.

"Bagus, hmm aku pulang agak sore. Jadi tak bisa menjemputmu, suruh sekretaris Park yang mengantarmu pulang nanti." Lontar Lisa terus memakan roti selai sampai tinggal separuh, ia senang atas sarapan yang di siapkan Jennie. Semakin lama hubungan keduanya membaik, bahkan bentuk perhatian Lisa bisa di katakan layaknya pasangan sungguhan meski mereka belum pernah berucap bahwa saling mengasihi apalagi mencintai.

"Baiklah." Pungkas Jennie berniat berdiri, ia mau memasangkan dasi ke leher suaminya. Itu suatu rutinitas rutin yang di kerjakan, awalnya Jennie sedikit huyung bahkan Lisa spontanitas memegangi lengannya.

"Jennie." Panik Lalisa melebarkan matanya, dia menyuruh perempuannya ini terduduk lagi tetapi di tolak. Jennie memilih mengambil dasi biru dan segera melilitkannya ke leher jenjang Lisa.

"Aku sedikit pusing, jangan khawatir nanti akan sembuh. Memang aku kurang enak badan saja, mungkin setelah meminum obat lantas ke kantor sakitnya bisa hilang." Tutur Jennie yang secara hati-hati menyilangkan salah satu dasi ke arah lain supaya terlilit sempurna, dia sudah ahli melakukannya.

"Kamu yakin? tetap beristirahat ya, tolong bilang pada sekretaris Park untuk mengurangi kegiatanmu hari ini." Papar Lisa menyibakkan anak rambut Jennie ke daun telinga, tidak lupa dia kecup kening perempuan cantik di hadapan tanpa rasa malu atau canggung lagi.

Cupppp

"Percayalah padaku, jangan mengebut kamu juga harus menjaga dirimu." Pungkas Jennie saat Lisa memakai jasnya lalu mengambil tas untuk lekas menuju ke halaman, security telah memanaskan mobilnya sejak pagi sehingga ia siap melajukan sekarang.

"Arraseo, sampai ketemu nanti." Lambainya berjalan cepat meninggalkan ruang makan, dia begitu berubah semenjak kejadian di Jeju saat lalu. Lisa takut kehilangan Jennie untuk kedua kalinya, perasaan yang awalnya hanya untuk Diana perlahan demi perlahan berubah jadi nama Jennie walau ia belum terlalu memahami tentang hatinya sendiri.

FORCED LOVE (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang