Hari terakhir masuk kerja sebelum cuti melahirkan. Aku sengaja mengambil waktu yang mepet dengan hari perkiraan lahir. Hari ini di isi kegiatan santai seperti biasa. Aku mendapat tugas jaga UGD bersama Qashmal.
"La, pokoknya kalau Lo butuh apa-apa kabarin gue deh." Sudah ribuan kali ia mengucapkan kata seperti itu. Aku sampai bosan mendengarnya.
"Udah ah jangan nyebelin deh. Udah berapa ribu kali kamu ngomong gitu Mal."
"Ya maaf. Gue kan cuman menyampaikan amanah yang paduka raja berikan ke gue sebelum satgas." Aku menonyor kepalanya. Kini aku dan Qashmal sedang menikmati soto belakang rumah sakit.
"Iya tau deh. Tapi aku gapapa Mal. Seriusan. Ya cuman kadang mules tiba-tiba tapi terus ilang."
"Itu kontraksi namanya bego." Aku melempar bekas tissue ke arahnya.
"Ngatain ya kamu. Nyebelin deh." Qashmal ini memang temanku yang paling bawel selama aku di tinggal tugas. Dan dia pula penyelamat ngidam selama Mas Dipta tidak ada.
Bahkan Mas Dipta memberikan pesan khusus untuk Qashmal, bahwa ia harus menjagaku selama intership selesai.
"Iya call. Gue cuman nggak mau ponakan gue kenapa-napa. Ya wajar dong gue bawel. Suami Lo itu penyelamat intership gue. Coba nggak ada dia. Gue bisa apa?" Aku memukul pipinya.
"Gila deh Lo Call. Emang dasar emak-emak." Aku tertawa sambil memegangi perut.
"Mal gue ke kamar mandi dulu deh." Aku masuk ke kamar mandi karena merasa tidak nyaman.
Loh, ada flek flek yang membuatku cemas. Aku langsung menelfon Bunda.
"Halo..."
"Bunda. Kalau ada flek gitu bahaya enggak?"
"Hah? Flek gimana mbak?" Aku mengalihkan panggilan ke vidio.
"Ya allah mbak. Kamu sama siapa ?"
"Kamu mules enggak ? Bunda ke semarang ya." Aku bingung sendiri.
"Satu-satu dong bun pertanyaannya."
"Jajan soto sama Qashmal Bun. Bunda jangan panik. Calla ikutan panik nih."
"Yaudah kamu bilang ke Qashmal untuk anterin kamu ke rumah sakit. Bunda habis ini siap siap terus berangkat ya nduk."
Aku menarik nafas panjang.
"Dek kalau memang sekarang. Kita jalan sama sama ya. Biar ibu sampai rumah sakit dulu terus kita berjuang sama sama buat ketemu." Aku membatin sambil mengelus perutku yang tiba tiba nyeri.
Aku menelpon Qashmal.
"Lama banget sih di kamar mandi." Protesnya.
"Mal tolongin. Ngeflek ini.'
"La, kenapa? Gue kesana."
Tak lama Qashmal masuk ke kamar mandi.
Aku sebenarnya masih kuat untuk berjalan. Tapi aku gemetar sehingga badanku menjadi lemah.
"La, gimana? Gue gendong ke rumah sakit ya?" Aku menggeleng.
"Jangan panik mal. Di tuntun aja, masih kuat jalan kok. Aku cuman gemetar aja." Qashmal menuntunku keluar dari warung soto.
"Gue pelan pelan kok La. Sambil telfon suami Lo deh." Aku menyandarkan kursi.
Sekarang yang kurasakan adalah bingung. Aku melihat Qashmal yang dengan cekatan keluar dari parkiran sempit ini. Tanggan kanannya fokus ke kemudi. Tangan kirinya memegang handphone.
"Mal Inget waktu koas obgyn ga Lo?"
"La jangan gila deh."
"Enggak. Ini kan baru ngeflek doang ya kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dan Pradipta
ChickLitHidup bersama senja yang tak kupikirkan sebelumnya. Ini tentang cerita ku bersama Calla Senja dan cinta lainnya. Dia hadir sebagai warna dan tawa di hidupku. Dia adalah sahabat hidupku. -Pradipta Bimantara Wijaya Penguasa udara, juga penguasa hatiku...