20. Pelukan Dipta

3K 450 28
                                    

Hari yang di tunggu oleh semua istri prajurit yang ikut dalam penugasan satgas pamtas di Nduga Papua. Dari pagi aku sudah bersiap untuk hari ini. Membereskan rumah. Menyapu halaman dan tentunya melakukan ritual ibu rumah tangga pada umumnya.

Seakan tau kesibukan dan kebahagiaan ibunya hari ini. Langit begitu ceria dan bekerjasama dengan baik. "Hari ini Langit seneng iya, mau ketemu Ayah." Tanggannya bertepuk tangan. Membuatku gemas ingin memakan kepalanya.

Upacara penyambutan akan dimulai sore nanti. Kami akan berkumpul pukul dua siang di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.

Kehidupanku berlanjut seperti biasa. Kujalani masa internship pasca kelahiran Langit selama dua bulan kemarin. Jika aku bekerja, Langit kutitipkan pada salah satu istri anggota Mas Dipta. Beliau sangat baik dan telaten menjaga Langit. Namanya Bu Dewa, beliau meminta aku dan langit memanggilnya Bude. Orangnya juga lucu, dan aku percaya jika Bude bisa menjaga Langit dengan baik.

"Aku mamatut penampilanku di depan cermin sekali lagi. Memastikan jilbab yang kukenakan tidak miring dan juga baju tetap rapi. Walaupun acara di mulai pukul dua siang. Aku harus bersiap di batalyon untuk mempersiapkan perlengkapan acara.

Aku bergegas memasukan semua keperluan Langit hingga nanti sore. Baju ganti, daipers, mainan dan perintilan-perintilan kecil yang selalu di bawa saat Langit berpergian.

Kini aku sudah bisa dengan lihai menyetir sendiri Jogja-Semarang PP berdua dengan Langit. Walau awalnya membuatku menangis. Tapi itu akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Aku menggendong Langit dan mendudukannya di car seat. Lalu memasukan stroler miliknya.

Fun fact. Langit ini betul betul duplikatnya Mas Dipta. Terkena sedikit semilir angin saja sudah membuatnya dengan pulas tertidur

Aku berkendara pelan menuju batalyon. Jaraknya dekat, tidak memerlukan waktu untuk sampai. Kulihat sudah banyak ibu-ibu yang bersiap untuk menyambut pulang suaminya.

Hatiku sedikit teriris ketika melihat keluarga lain di dampingi orang tuanya. Sedangkan Mas Dipta tidak. "Kita sambut ayah berdua ya nak. Biar ayah senang dan bahagia." Ucapku menyemangati diri sendiri.

Setelah kejadian di rumah dinas beberapa bulan yang lalu. Buk e belum lagi berkunjung. Setiap aku pulang ke Jogja pun Buk e tetap di Jakarta bersama Ayah mertua.

Aku merahasiakan semuanya dari Mas Dipta. Dan semoga selamanya mas Dipta tidak tahu insiden hari itu di batalyon. Bisa perang jika ia tahu kalau sempat terjadi kekerasan fisik antara Aku buk e dan Mas Dika.

Kling....

Daffa
Assalamualaikum ibu Calla Senja yang terhormat. Kok pintu di kunci. Daffa yang ganteng coming dapet IB tiga hari. Halowwwwwwww

Aku menepuk jidat. Bisa-bisanya aku lupa tidak mengabari bocah itu. Semenjak kejadian itu Daffa memilih menghabiskan IBnya di Semarang bersamaku. Demi menjagaku dan Langit dari Mas Dika katanya. Atau kadang kami juga sepakat bertemu di Jogja untuk berkunjung ke rumah. Menemui Uti dan Kakung.

To Daffa
Maaf ya om. Lupa ngabarin, om jalan ke batalyon ya. Lagi persiapan jemput ayahnya Langit. Apa mbak pesenin ojol?

Aku tertawa. Pasti dia sangat sebal. "Langit ada Om Daffa datang lho." Langit langsung berceloteh. Sepertinya dia sangat senang. Karena om kesayangannya mengunjunginya. Setelah dua minggu absen karena padatnya kegiatan di Akmil.

Aku membantu memasukan ratusan kalung bunga yang akan digunakan untuk menyambut para suami. Aku juga sudah memesan bouquet bunga untuk paksu.

Aaaaaaa akhirnya sebentar lagi aku bertemu dengan Mas Dipta.

Senja Dan PradiptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang