6. Mendekapmu Dalam Jarak

4.9K 741 28
                                    

Menunggu Calla pulang adalah bagian paling favorit dari kegiatanku selama sehari. Bisa memandang wajah kuyunya berjalan pelan. Seperti saat ini. Ia tengah berjalan sambil memegang perutnya. Sneli warna putih kebanggannya ia sampirkan di tangan. Wajahnya tetap terlihat ayu, walau gurat lelah terlihat begitu kentara.

"Assalamu'alaikum." Ucapnya saat membuka pintu mobil.

"Waalaikumsalam." Aku tesenyum. Begitu ia duduk aku mengecup keningnya. Tubuhnya terlihat begitu lelah. Dia langsung menurunkan sandaran kursi. Merebahkan diri.
Aku mengusap perut buncitnya. "Lelah ya dek. Nanti yanda pijit ya di rumah nak."

Aku membangunkan Calla saat mobil sudah terparkir rapi di dalam garasi. Tubuhnya menggeliat.

"Bangun dek. Masuk yuk, aku udah masakin air untuk mandi. Pasti udah panas." Dia tersenyum.

"Makasih ya mas. Hari ini terasa begitu berat mas. Aku tadi ngajak Adek RJP, besok kita periksa ya mas. Aku takut Adek kenapa kenapa. Rasanya perutku Kenceng." Jelasnya yang membuatku cemas. Aku langsung memeluknya.

"Semua bakalan baik-baik aja sayang. Aku yakin adik kuat di dalam. Aku sayang kamu." Aku memeluknya lagi. Mencium keningnya. Ia menangis.

"Hari ini Anin hampir kehilangan ayahnya. Anin senyum lebar banget tadi mas. Lihat bapaknya nggak jadi pergi." Aku mengusap punggungnya. Selalu seperti ini jika ada hal yang membuat Calla sedih.

"Adek pasti kuat di dalam. Adek selalu bantu ibu untuk kuat. Adek pasti bangga punya ibu." Calla menangis semakin kuat.

"Maaf ya Mas aku jadi cengeng gini." Aku mengusap air mata Calla.

"Nggakpapa. Aku tahu ini berat buat kamu dek. Aku minta maaf untuk ini. Sudah membuat kamu ada di masa yang paling sulit. Maaf ya, harusnya aku bisa menahan egoku untuk menunda dulu. Maaf ya dek. Kamu harus iship sambil hamil kegiatan persit. Mas yakin kamu lelah." Kini Calla yang menangkup pipiku.

"Ayah dan adik penyemangat aku iship.  Nggak ada yang salah. Ini bagian dari pendewasaan aku mas. Makasih ya, sudah buat aku jadi seperti ini. Anugerah terindah. Aku cuman capek dan takut adik kenapa-kenapa mas."

"Ada aku yang akan terus memeluk kamu dalam setiap lelah dan kebahagiaan." Calla memelukku lagi. Aku yakin air yang ku masak sudah menguap tinggal setengah.

✨✨✨

"Mas kalau aku  izin besok nggak usah ikut kegiatan gimana sih? Aku mau masuk pagi mas."

Saat ini aku sedang memijit kaki Calla yang terlihat membengkak. Ia terlihat begitu lelah hari ini.

"Mas nggak bisa jamin dek. Coba telfon atau minta arahan mbak Yua. Dia kan yang paling Fren sama kamu dek." Calla tersenyum kecil.

"Ternyata nggak semudah yang di bayangkan ya mas. Ternyata sulit banget buat nahan capek. Aku pikir semuanya akan mudah. Tapi ternyata enggak mas. Seperti ada banyak batu yang harus aku lewati." Aku membawanya ke dekapan ku.

"Kamu menyesal dengan semua ini?" Dalam pelukanku ia menggeleng.

"Aku capek mas. Capek ketemu mereka yang nggak suka sama aku. Capeknya double mas. Bikin hati tuh rasanya kaya getir banget tau nggak sih. Coba kamu jadi di posisiku." Aku mengeratkan lagi pelukannya.

"Sabar ya dek. Kebenaran itu pasti akan selalu menang."

Kling....

"Tuh ada pesan buka gih." Aku memgambil handphone milik Calla .

Ibu Danyon
Malam dek Dipta. Besok setelah kegiatan ibu mau ketemu ya. Di ruang pengurus.

Senja Dan PradiptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang