Surprise!

9 3 0
                                        

Wajah sembab karena kurang tidur membuat Anaya terlihat tidak percaya diri saat turun dari mobil bersama Dewa. Dia menundukkan wajahnya sambil mengikuti langkah Dewa dengan pelan. Semalaman suntuk dia terus melamun tentang Rama. Lelaki itu semakin aktif bermain dalam pikiran Anaya hingga membuatnya melupakan semua hal yang sangat penting dalam hidupnya.

"Eh, kenapa lu?" tanya Dewa sambil mengangkat kepala Anaya ke atas.

Anaya hanya menggeleng. Dia menundukkan kepalanya kembali. Ini benar-benar melelahkan. Rasanya matanya tak kuat lagi untuk terbuka memandang seisi dunia ini. Dia mulai mengantuk.

"Kenapa, sih, Nay?" tanya Dewa sekali lagi sambil menepuk bahunya.

Anaya menggeleng lagi dan terus melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Nay, tunggu! Lu kenapa, sih?" tanya Dewa dan mengejar Anaya yang semakin mempercepat langkahnya.

"Gue ngantuk," jawab Anaya dengan lirih masih dengan kepala yang tertunduk.

"Ngantuk?" Dewa melotot heran.

Anaya mengangguk.

"Kenapa? Lu nggak tidur semalam?"

Anaya menggeleng.

"Kenapa nggak tidur?" tanya Dewa semakin penasaran dengan keadaan Anaya. Tak biasanya Anaya seperti ini.

Anaya sama sekali tak menghiraukan Dewa yang sedari tadi menanyakan keadaannya. Dia tetap menunduk dan tak ingin menampakkan wajahnya di pagi ini pada siswa yang lain.

"Cieee... Selamat ya!" Suara Sarah yang tiba-tiba terdengar dari arah berlawanan membuat langkahnya terhenti.

Anaya segera mengangkat wajahnya dan memandang Sarah. "Selamat? Selamat untuk apa?" tanyanya dengan ekspresi terkejut.

"Selamat, dong!"

"Untuk?"

"Masa tanya sama gue, sih, Nay? Lu, kan, lebih tahu harusnya...."

"Tahu apa, sih? Gue nggak ngerti..." Anaya menggeleng dan melanjutkan langkahnya kembali menuju kelas.

"Nggak usah bohong, deh!" teriak Sarah sambil mengejarnya dari belakang.

"Beneran gue nggak ngerti!" bantah Anaya dengan suara keras.

"Lu itu kepilih jadi teman duetnya si Rama buat acara promnite kita, Honey..." ucap Sarah sambil memeluk sahabatnya itu.

"Apa?" Anaya tercengang.

"Selamat ya, Nay..." Ucapan terus mengalir dari bibir Sarah.

"Ih, lu jangan ngada-ngada, deh!" seru Anaya dengan keras dan melepaskan pelukan Sarah.

"Apanya yang ngada-ngada? Emang jelas kok tertulis di Mading, lu itu pemenangnya, Anaya Amalia Jamil!" tukas Sarah sambil mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.

"Pemenang apaan, sih? Gue nggak pernah ikut lomba!"

"Ya, jadi temen duetnya si Rama!"

"Lu pikir gue mau bersaing sama cewek-cewek lebay kayak si Noni itu buat jadi teman duetnya Rama? Gila lu!" balas Anaya dan menarik kursinya untuk duduk. Seketika itu pula, matanya terbuka lebar. Rasa kantuk itu hilang.

"Terus, kenapa lu yang terpilih?"

"Mana gue tahu?" jawab Anaya sambil mengangkat bahunya.

"Serius, deh, Nay. Nama lu terpampang nyata di Mading kita! Kalo lu nggak percaya, pergi sana lihat sendiri!" seru Sarah merasa bahwa Anaya tak memercayai kata-katanya.

Thankyou, Dewa (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang