Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi. Eh, kayak judul lagu, nih? Tatapan kosong Anaya membuat Geng Mancha tersenyum bahagia. Noni menarik lengan kemejanya dan berjalan cepat mendekati Anaya.
"Gue denger Dewa masuk rumah sakit, ya?" tanya Noni pada Anaya.
Anaya berhenti. Kemudian, dia mengangkat kepalanya dan menatap tajam pada Noni. "Ya," jawabnya dengan ketus.
"Gara-gara apa? Gara-gara lu?"
Anaya mengerutkan dahinya. "Maksud lu apa?"
"Jangan pura-pura bego! Semua anak di sekolah ini juga tahu, kok, kalo Dewa suka sama lu!" seru Noni sembari menunjuk satu persatu murid yang baru saja masuk ke dalam halaman sekolah.
Anaya bergeming.
"Buat lu bahagia, dia rela mendam perasaannya. Sampe dia sakit dan begini, deh, jadinya. Ya, kan?" ucap Noni dengan senyum kecut di bibirnya.
"Lu kalo ngomong, yang benar. Jangan suka ngarang, deh!" jawab Anaya membantah semua tuduhan Noni.
"Gue ngarang? Apa perlu gue buktiin?"
Anaya menelan ludahnya.
"Mana ada, sih, cowok sama cewek sahabatan tanpa ada rasa cinta! Omong kosong!" seru Noni.
Anaya menahan emosinya dan memilih diam seribu bahasa.
"Tapi, lu malah suka sama orang lain. Kecewa, dong! Ya, kan?" ujar Noni sembari memutari tubuh Anaya.
"Lu nggak tahu apa-apa, Nik. Jadi, nggak usah ikut campur masalah kita!"
"Hahaha... Ada yang mulai getar-getir, nih, kayaknya."
Anaya kembali menahan amarahnya.
Tiba-tiba, Rama datang menghampiri mereka. "Ada apa lagi, nih?" tanyanya sembari memandang Noni dan Anaya secara bergantian.
"Nggak ada apa-apa, Ma. Kita masuk kelas, yuk!" seru Anaya dan menarik tangan Rama dengan cepat.
Rama mengikuti langkah Anaya.
Dasar! Udah kejadian kayak gini, baru, deh, pura-pura kaget, sok haru! gumam Noni dalam hati. Kemudian, dia kembali menghampiri Tantri dan Rika.
"Lu apain si Naya?" tanya Tantri yang sejak awal sudah menduga akan terjadi sesuatu diantara mereka berdua.
"Cuma bikin dia ngerasa bersalah doang," jawab Noni dengan santai.
"Terus, reaksinya, gimana?" tanya Rika.
"Pura-pura kaget. Drama banget dia, tuh!" jawab Noni.
"Emang dia pinter drama. Sekarang dia juga lagi drama, tuh. Dasar lakinya aja mau dikibuli sama cewek centil kayak si Naya." Tantri memandang tajam ke arah Anaya dan Rama yang sedang berjalan menuju kelas.
"Tahu, nih. Kenapa, sih, pria-pria di sekolah ini demen sama cewek kayak Naya yang sukanya mepet sama cowok-cowok cakep? Sampe gue nggak kebagian," kata Rika dengan gaya manjanya.
Tantri mendorong lengan Rika. "Lu juga centil amat. Emang harus Dewa, ya? Nggak bisa yang lain apa?"
Noni tertawa kecil.
"Lu gimana, sih? Masa hati pake diatur-atur? Harus suka sama yang ini, gitu?" tukas Rika.
"Tahu diri, dong, Ka! Lu suka sama orang yang salah," jawab Tantri.
Rika mengendus.
"Udah, deh! Kenapa jadi lu berdua yang berantem, sih? Sekarang gue minta lu berdua bantuin gue buat nyingkiran Naya dari Rama. Kita harus buat dia hancur." Noni memasang wajah yang penuh dengan kekecewaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thankyou, Dewa (Tamat)
Teen FictionMenjalin persahabatan hampir sembilan tahun lamanya, membuat Dewa terancam dengan perasaannya sendiri. Kadang rasa takut kehilangan lebih kuat daripada sekadar memiliki Anaya seutuhnya. Tak tahu sampai kapan dia harus menyimpan perasaannya sendiri. ...