Sarah menghubungi Anaya sejak tadi siang, tetapi Anaya tidak menghiraukannya. Dia yakin bahwa gadis itu ingin mengajaknya pergi ke promnite. Daripada terus memikirkan acara yang hanya menyakitkan hati, lebih baik dia tenggelam dalam novel syahdu yang baru dibelinya minggu lalu.
Pintu kamar terbuka. Kepala Nathan menyembul dari luar. Dia melongo melihat pemandangan di dalam kamar adiknya. "Lu nggak latihan?" tanyanya dan masuk ke dalam kamar.
Anaya hanya menggeleng, lalu kembali hanyut dalam bacaannya.
"Bukannya besok acara promnite sekolah?" tanya Nathan lagi dengan rasa penasaran.
Anaya mengangguk tanpa mengindahkan kehadiran Nathan di kamarnya.
"Terus, kenapa lu masih rebahan aja, Nay?" tanya Nathan sambil duduk di tepi kasur.
Anaya bangkit dan duduk di samping Nathan. "Males gue," jawabnya dengan singkat.
"Kok, males? Kan, lu tampil, Dek?"
Anaya memandang lurus ke depan. "Gue udah digantiin sama Noni."
Nathan mengerutkan alisnya. Dia terkejut mendengar jawaban Anaya.
"Udah, ah, gue mau lanjut baca buku lagi. Keluar, deh!" Anaya mendorong tubuh Nathan agar keluar dari kamarnya.
"Bentar-bentar! Kenapa lu bisa diganti?" tanya Nathan yang masih penasaran dengan cerita Anaya. Dia menahan tubuhnya dengan berpegangan pada sisi tempat tidur Anaya.
Anaya berhenti mendorong Nathan. "Gue nggak tahan. Capek!" jawabnya meyakinkan Nathan bahwa keadaannya baik-baik saja.
"Udah sejauh ini lu latihan, masa harus mundur, sih?"
Anaya membelalakkan kedua bola matanya.
"Kasihan Dewa, loh, yang udah usahain lu biar bisa ngeband dan deket sama si Rama itu," ucap Nathan.
"Udah, ah, nggak ada urusannya sama itu semua, Nath!" seru Anaya. Dia tidak ingin lagi membahas masalah Rama.
"Lagian, pasti suasana promnite nanti meriah abis. Nyesel entar lu!" Nathan berusaha menggoda adiknya.
"Biarin! Lagian gue juga nggak akan datang, kok!" seru Anaya dengan emosi.
"Kok, nggak datang? Pasti ada sesuatu yang nggak beres, nih, sama lu dan Rama."
"Nggak ada apa-apa, kok, Nathan! Sekarang lu keluar dari kamar gue. Gue mau tenang," jawab Anaya dan kembali mendorong tubuh Nathan keluar.
Nathan berusaha menahan dorongan itu, tetapi dia tidak berhasil. Sepertinya emosi Anaya sejalan dengan tenaganya. Dia sangat kuat.
Dengan cepat, Anaya menutup pintu kamarnya dengan keras. Dia sudah berniat untuk tidak pergi ke sekolah dan akan berdiam di rumah sampai acara itu selesai. Dia tidak ingin menambah luka hati untuk yang ke-sekian kalinya.
Rama sedang memarkirkan sepeda motornya saat Sarah melintasi lapangan sekolah, tempat acara akan berlangsung.
"Rama!" Sarah memanggilnya dengan kesal.
Rama menoleh.
"Gue mau ngomong sama lu!" ucap Sarah dan memandang lelaki itu dengan tajam.
"Ngomong apa?" tanya Rama dengan ketus. Dia masih tak peduli dengan kehadiran Sarah. Diletakkannya helm di atas jok sepeda motor, kemudian merapikan rambutnya dengan jari-jari tangan.
"Lu nggak bisa, dong, giniin Anaya! Seenaknya aja gantiin posisi dia sama si Noni. Lu nggak mikir perasaannya gimana?" cecar Sarah tanpa jeda.
"Gue nggak peduli." Rama masih ketus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thankyou, Dewa (Tamat)
Ficção AdolescenteMenjalin persahabatan hampir sembilan tahun lamanya, membuat Dewa terancam dengan perasaannya sendiri. Kadang rasa takut kehilangan lebih kuat daripada sekadar memiliki Anaya seutuhnya. Tak tahu sampai kapan dia harus menyimpan perasaannya sendiri. ...