Ares nyaris tertidur kalau saja Kayla tak mengajaknya berbicara. Jam istirahat kali ini, Ares habiskan di kelas karena merasa malas untuk pergi meski sekedar ke Kantin. Laki-laki itu tadinya memang berniat memanfaatkan waktu istirahat untuk tidur, tapi Kayla malah menginginkan agar mereka berdua berbicara.Ares mengusap wajahnya, berusaha menghilangkan rasa kantuknya. Laki-laki itu menatap pada Kayla yang dengan sengaja membawa kursinya agar bisa duduk di sebelah Ares.
"Kenapa tadi? Maaf aku kurang fokus," ucap Ares, meminta Kayla untuk mengulang apa yang ia ucapkan. Kayla menatap Ares dengan ragu, lalu membalas, "Ini gak papa, 'kan? Aku takut ganggu."
Ares menggeleng. "Gak papa, kok."
Ares tidak mungkin berkata kalau Kayla mengganggunya. Laki-laki itu tak ingin menciptakan masalah lagi. Terlebih ia dan Kayla satu kelas dengan jarak meja yang cukup berdekatan. Ares duduk di baris ketiga paling depan dan Kayla duduk di baris kedua bangku nomor dua.
"Oke," ucap Kayla seraya menyerahkan layar ponselnya ke arah Ares. Perempuan itu menunjukkan satu gambar yang Ares buat secara digital dan ia posting di akun media sosialnya.
"Mau nanya ... kamu pakai brush apa di gambar ini?" tanya Kayla.
Ares tak langsung menjawab. Ia lupa karena gambar itu sudah cukup lama ia buat. Hasilnya pun berbeda dengan style yang biasa Ares gunakan.
"Di sini kayaknya aku pakai pen yang fade. Kamu tahu, 'kan?"
"Oh ... tapi line art-nya kok bisa tebel, ya, Res? Seinget aku pen itu, 'kan, lumayan tipis."
Ares mengusap bagian belakang kepalanya. "Kayaknya aku gandain layer-nya."Kayla mengangkat sebelah alisnya. "Kok kayaknya terus, sih?"
Ares tertawa canggung. "Aku lupa, itu udah lumayan lama soalnya. Nanti dicoba aja, kalau mirip berarti bener."
Kayla mengangguk. "Oke, makasih, ya! Pulang sekolah nanti kamu ada acara gak?" tanyanya lagi.
"Kenapa emang?" Ares malah balas bertanya.
"Aku lagi nyari temen buat belanja alat lukis. Kamu mau gak, Res?"
Ares terdiam sebentar sebelum menggeleng. "Maaf, ya, Kay. Selain aku udah ada janji sama Panji dan yang lain, perlengkapan lukis aku juga masih pada bagus. Catnya juga belum habis."
"Gak papa, gak usah minta maaf, Res! Kalau gitu, sekali lagi makasih, ya. Aku balik ke tempatku dulu."
Ares mengangguk dengan senyuman tipis di wajahnya. "Sama-sama."
"Bakal lama banget gak, ya?" tanya Panji sembari melirik ke ruang kelas yang dipakai untuk OSIS kumpul hari ini.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 30 menit yang lalu. Mereka bertiga akan pergi jalan-jalan, seperti yang biasa mereka lakukan setiap Jumat sepulang sekolah. Namun, kali ini mereka perlu menunggu Langit yang harus kumpul OSIS lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraki
Teen FictionKesan pertama yang dinilai kurang baik membuat Ina menjadi salah satu hal yang Ares keluhkan. Bilangnya, sih, menyebalkan, tapi Ares seringkali menjadikan ina sebagai objek gambarnya.