16. Inspirasi

21 6 0
                                    

"Untuk Julia dan Ares, selamat memimpin Art Club untuk setahun ke depan. Anggota lainnya juga selamat menjaga ekskul kita ini," ucap Ina selepas mereka selesai dengan perhitungan pemungutan suara.

Bukan hanya Ares yang mengajukan dirinya, ada Dera juga Julia. Ares kalah dalam jumlah suara dari Julia, tapi meski begitu ia tetap merasa puas karena sudah berani untuk mengajukan dirinya. Ia juga lumayan akrab dengan Julia, Ares yakin dia bisa membantu Julia dalam menjalankan Art Club sebagai wakil.

Ina, Cakra, Oki, Ria, Hamzah, dan Jian kini berdiri berdampingan di depan. Tentunya Ina dan Cakra ada di tengah-tengah. Satu persatu dari mereka sudah menyampaikan pesan mereka untuk adik kelas dan sekarang giliran Ina.

"Jika kalian ingin bertanya soal apa pun, kalian masih bisa menghubungi kami. Kami tak akan menutup komunikasi yang ada meski sudah bukan anggota lagi. Art Club tetap merupakan bagian dari hidup kami."

Ina menatap adik kelasnya itu secara bergantian, lalu tersenyum. "Peran kami sudah mencapai akhirnya. Kami titip Art Club pada kalian semua, tolong jaga ekskul ini dengan baik. Terima kasih."

Selesai mengucapkan itu, mereka bersalaman. Adik kelas bangkit dari duduknya dan secara satu per satu menghampiri para kelas 12 untuk melakukan salaman.

Jian adalah tipe yang asik, dia lebih memilih untuk melakukan tos seraya melemparkan gurauan pada adik kelasnya. Ria jadi sedikit emosional, dia tak ragu memberikan pelukan pada perempuan yang lain. Oki dan Hamzah akan memberikan senyuman bangga mereka lengkap dengan tepukan pelan di bahu.

Cakra dan Ina cukup kaku, tapi mereka memberikan pesan khusus pada satu per satu dari mereka. Menunjukkan walau jarang mengobrol, Cakra dan Ina tetap memperhatikan mereka dengan baik. Ina sendiri tak ada henti mengucapkan, "Jaga Art Club, ya." pada mereka.

Tak ada yang heran mengingat bagaimana Ina mendapat kesulitan dalam membangun ekskul ini. Art Club sempat tak diberi kepercayaan untuk dibangun kembali. Terlebih sebelum ada angkatan Ares, mereka hanya menjalankan ekskul ini dengan 6 anggota.

Kini Ares ada di hadapan Cakra. Ares sedikit terkejut karena Cakra memeluknya sekilas lengkap dengan tepukan yang ia beri pada punggung Ares. Cakra juga sempat berbisik, "Saya sama Ina cuma partner buat bangun ekskul ini." saat tubuh mereka masih dekat.

Ares mengerjap bingung, sementara laki-laki berkacamata itu hanya tertawa geli. "Jadi, wakil juga keren, Res. Semangat, ya, ekskul ini harus maju terus, loh!"

Yang lebih muda dengan cepat mengembalikan lagi kesadarannya. Ares mengangguk dengan mantap. "Siap, Kak. Mungkin saya bakal sedikit ngerepotin buat nanya-nanya."

"Gak papa! Tapi maaf aja kalau agak slow response, ya!" balas Cakra.

"Good luck buat semua ujiannya, Kak Cakra."

Ares bergeser, menemui Ina. Ares agak bergetar ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Ina. Hanya sebentar, tapi Ares yakin ia akan mengingat hal ini cukup lama.

"Jaga Art Club, ya, Res," ucap Ina diakhiri dengan senyuman.

Ares kenal Art Club karena Ina. Ares ada di sini juga karena ia penasaran dengan Ina. Ares berani untuk mengajukan dirinya sebagai ketua pun karena Ina, walau berujung ia hanya menjadi wakil, tapi itu bukan masalah.

Rasanya jika ditanya, mungkin Ares akan menjawab kalau baginya Art Club adalah segalanya tentang Ina. Namun, Ares merasa cukup dengan tak mengatakan itu. Art Club pada kenyataannya tak berputar soal Ina, Ares belajar banyak hal selama menjadi anggota ekskul ini.

"Makasih, Kak. Udah jaga Art Club sejauh ini," jawab Ares.

Ina mengangguk. "Kembali kasih."

"Saya boleh minta sesuatu gak, Kak?"

Meraki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang