17. Akhir

53 9 2
                                    

"Kak," panggil Iden kepada Ina yang sedang duduk di ruang tengah. Iden paham kalau perempuan itu tengah pusing dengan segala urusan pendaftarannya. Namun, ia harus menyampaikan ini pada Ina.

Ina mendongak. "Kenapa?"

Iden baru pulang, terbukti dengan pakaian khusus futsalnya yang masih melekat di tubuhnya. Laki-laki itu meletakkan kotak besar yang ia bawa dari sekolah di atas meja.

Ina memgernyit melihat itu. "Lo ngapain bawa kotak segede ini ke rumah?"

Iden mendengkus. "Buat lo itu, kalau gak dititipin gue ogah bawa," balasnya sambil menidurkan dirinya di lantai. Latihan hari ini lumayan melelahkan untuknya dan berbaring di lantai dingin adalah hal yang ia butuhkan.

"Dari siapa?" tanya Ina.

"Ares," balas Iden singkat, membuat Ina tak berkata apa-apa lagi. Perempuan itu membuka isi kotaknya dan mendapati berbagai alat lukis ada di sana.

Ada selembar kertas berukuran kecil di sana dan Ina langsung mengambilnya. Ia yakin itu adalah catatan yang sengaja Ares tinggalkan.

"Dia minta maaf karena gak bisa lihat lo pas kelulusan," ucap Iden lagi.

"Padahal gak papa."

"Ya emang gak papa, tapi dia mau ngasih itu buat lo."

Ina tak membalas lagi. Dia terdiam setelah membaca catatan yang Ares berikan.

Kak, kalau nanti kita ketemu lagi. Kita melukis bareng, yuk?

Senyuman tipis muncul di wajah Ina. Itu menghasilkan tatapan heran dari Iden. Adiknya itu pantas mengubah posisinya menjadi duduk dan menumpukan kepalanya di atas lengan yang ia lipat di atas meja.

Iden menatap Ina dengan menerawang. "Lo sebenarnya tahu gak kalau Ares suka sama lo?"

Ina mengangkat kedua alisnya, cukup terkejut dengan pertanyaan yang Iden berikan.

"Ya, emang, sih, dia gak confess. Cuma lo, 'kan, cukup peka. Jadi, gue tanya lo sadar atau enggak soal ini?" tanya Iden sekali lagi.

Mata Ina bergeser, kenali pada tumpukan kertas yang sedari tadi terus ia baca.

Ina mengangguk. "Gue sadar."

"Terus kenapa diem? Lo gak suka dia, ya?"

"Bukan gitu, Aiden. Saat ini, gue tahu kalau yang gue butuhin bukan dia, oke? Dia juga gak butuh-butuh amat sama gue. Sekarang, yang kami berdua butuhin adalah wujudin mimpi kami masing-masing."

"Kak, pinjem laptop," ucap Iden saat masuk ke kamar kakaknya yang baru diisi lagi oleh pemiliknya baru-baru ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, pinjem laptop," ucap Iden saat masuk ke kamar kakaknya yang baru diisi lagi oleh pemiliknya baru-baru ini. Ina baru pulang ke rumah setelah sekian lama, itu pun ia hanya akan sebentar di sini karena sedang liburan.

Meraki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang