Ares terdiam di tempatnya sekarang, di kamar yang ayahnya khususkan sebagai tempat Ares dapat melukis. Kanvas yang ada di hadapan Ares masih kosong, ia belum mendapatkan inspirasi harus melukis apa untuk pameran nanti.Kepanitiaan sudah disusun oleh Ina dan Ares kebagian menjadi seksi pengumpulan dan seleksi karya. Waktunya memang masih terhitung agak lama karena ujian akhir pun belum dilaksanakan. Namun, melihat yang lain sudah mulai mengumpulkan, Ares menjadi merasa sedikit tertekan karena ia bahkan belum membuat sketsanya sama sekali.
Ponsel digenggamannya sudah ia nyalakan sejak 15 menit yang lalu untuk mencari inspirasi. Dari pemandangan hingga makanan, tak ada yang membuat Ares ingin melukisnya. Laki-laki itu kemudian berselancar di media sosialnya, berharap ada postingan teman-temannya yang bisa ia jadikan inspirasi.
Mata Ares terpaku pada postingan Iden di mana ada foto dirinya dan Ina yang berpose dengan kaku. Mereka berdua berdiri sejajar dengan lukisan yang ada di belakang mereka. Di sana pun tertulis 'made by my sister' sebagai caption-nya.
Ares menahan senyumnya, sekarang ia tahu harus melukis apa.
Laki-laki itu meletakkan ponselnya dengan tetap membiarkan foto sepasang kakak dan adik itu ada di layaknya. Ares mengambil pensilnya sebelum mulai membuat sketsa yang ada di pikirannya dengan foto Ina dan Iden sebagai inspirasi.
Dalam membuat sketsa itu, Ares butuh waktu sekitar 1 jam lebih. Kegiatan Ares terhenti ketika ibunya dari bawah memanggil, "Ares, sudah dulu. Sini turun, you harus makan siang. Your friends juga sudah sampai di sini."
Ares menghela napasnya, ia hampir lupa kalau hari ini Panji, Fernand, dan Langit akan ke rumahnya untuk menghabiskan waktu bersama. Akibat beda kelas dan mengikuti ekskul yang berbeda-beda pula, mereka jadi jarang bertemu akhir-akhir ini.
Ares membuka apron yang ia gunakan. Benda itu belum ternodai karena Ares belum sampai ke tahap melukisnya, baru sketsa saja.
"Iya, Mi. Sebentar," sahut Ares agak keras. Ia merapihkan dirinya sebentar sebelum menyusul yang lain ke bawah.
Menjadi panitia pameran untuk pertama kalinya sebenarnya cukup melelahkan untuk Ares. Ia memang tidak sendiri ada di posisinya, ada Kayla juga. Ina dan Cakra pun terkadang ikut turun untuk memantau para anggotanya.
Pameran ini bukan hanya untuk Art Club saja, siswa di luar ekskul mereka pun dapat menitipkan karyanya. Namun, tak semua dapat diikutsertakan. Mereka perlu lolos seleksi terlebih dahulu.
"Karyanya bagus-bagus, ya," ucap Kayla.
Ares mengangguk setuju untuk ucapan Kayla sembari melihat sekitarnya. Kini ruangan khusus Art Club itu sudah terisi beberapa karya yang siap dipamerkan. Ares melihat pada lukisannya yang ada di di atas jendela. Kemudian matanya beralih pada lukisan Ina yang ada di sebelah miliknya, itu berbeda dengan apa yang Iden posting waktu itu. Yang Ina kumpulan adalah seseorang dengan banyak awan mengelilinginya, tapi di setiap awan itu terdapat rantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraki
Teen FictionKesan pertama yang dinilai kurang baik membuat Ina menjadi salah satu hal yang Ares keluhkan. Bilangnya, sih, menyebalkan, tapi Ares seringkali menjadikan ina sebagai objek gambarnya.