10. Balcony

28 3 0
                                    

Keluarga Heylon berjalan menuruni sekian banyaknya anak tangga, hingga mencapai lantai bawah. Lynxa berada di tengah-tengah kakak pertama dan keduanya.

Warna platinum violet pada rambutnya teramat pas pada gaun violet panjangnya itu, sungguh memukau.

Kakak pertamanya menggunakan pakaian lengkap formal beserta pedang pemberian adik perempuannya. Dia mengganti warna surainya yang dari platinum silver menjadi brown, terlihat style rambutnya dibiarkan turun ke bawah. Dengan aksesoris yang di kenakannya, dia terlihat sangat tampan!

Sedangkan, kakak keduanya, mengenakan pakaian kebesarannya. Surainya di tata menggunakan sihir sehingga tampak dahinya. Ia tidak membawa pedang seperti Wil, namun ia membawa barang pemberian adik perempuannya kemarin.

"Ayah akan ke ruangan Kaisar terlebih dahulu. Tetaplah di sini." Ujar Astgar dengan raut wajah yang datar.

"Pergilah, ayah. Beritahu kami jika ada masalah." Ujar Vector sembari melihat sekeliling.

Astgar tampak semakin menjauh dari mereka, dan menghilang di balik pintu.

"Vector, bawa Lynxa ke balkon. Karena ada lalat yang akan datang." Ujar Wil yang melihat Chandra berjalan mendekati dia dan kedua adiknya.

"Baiklah. Ayo, Lynxa." Vector menarik tangan kiri adiknya dan menuju balkon menghindari Chandra.

"Kakak kedua, bisakah kakak kedua mengambilkan ku wine?" Tanya Lynxa sesampai di balkon.

"Hanya segelas." Peringat Vector pada adiknya yang tampak mengangguk.

Seusai Vector pergi meninggalkan balkon, Lynn berujar, "Keluarlah kalian. Untuk apa bersembunyi dan menguping?" Sarkas Lynxa.

"Ku lihat-lihat sedari tadi, kau dekat dengan Yang Mulia Putra Mahkota. Apakah kau menggoda Yang Mulia Putra Mahkota agar ia mendekati mu?" Ujar Sasha, anak tertua keluarga Sylver.

"Kau tampak menjijikkan ketika menggoda Yang Mulia Putra Mahkota agar mendekati mu." Ujar Jenniefer, anak kedua keluarga Sylver.

"Yang Mulia Putra Mahkota itu milikku! Jadi berhenti menggodanya! Kau perempuan murahan!" Ujar Anne yang tampak marah lewat raut wajahnya.

Rosianne menjambakk rambut Lynxa dan juga merobek baju bagian bahunya karena merasa kesal terhadap Lynxa.

Klotak!

Klotak!

Srek!

"Astaga! Maafkan saya, saya tidak sengaja." Ujar seorang wanita cantik.

"Kyaa! Gaun kesayanganku! Wanita sialan!" Teriak Anne.

"Anne, bahasa kamu, adikku." Tegur Sasha pada Anne.

"Madam Emily. Kenapa anda bisa di sini, Madam?" Tanya Jenniefer pelan.

"Kak Jenniefer! Siapa wanita ini?"

"Wanita ini adalah Madam Emily. Designer terkenal diantara seluruh kekaisaran. Gaun yang kita kenakan juga dibuat olehnya." Jelas Jenniefer.

"Lady Emily, anda sungguh datang ke sini?" Ujar Lynxa mengalihkan perhatian.

"Tentu saja. Sudah saya katakan kemarin, bahwa saya datang untuk menemui anda, Yang Mulia." Senyum Lady Emily.

"Abaikan saja mereka. Mereka akan dapat hal yang setimpal seperti apa yang mereka lakukan kepada anda, Yang Mulia." Bisik Lady Emily tepat di telinga Lynn.

"Tentu saja. Karena-" Ujaran Lynxa terhenti saat kakak keduanya datang.

Prang!

Sebuah gelas kaca berisi wine yang di minta adik perempuannya itu, pecah dan minuman lengket itu menciptakan noda di baju ketiga perempuan di hadapan adiknya.

"Apa yang kalian lakukan pada adik kesayanganku?!" Sentak Vector dengan mengeluarkan auranya yang menekan sekitarnya.

Udara di sekitar Vector tampak menipis, terlihat dari mereka yang terbatuk-batuk dan bahkan mengalami sesak nafas.

"Kakak kedua, aku sesak." Ujar Lynxa yang membuat Vector berhenti mengeluarkan auranya.

"Maafkan aku." Vector membuka baju kebesarannya dan menyuruh adiknya memakai agar menutupi robekan di bagian bahunya.

"Yang Mulia Putra Pendiam Duke Heylon. Perkenalkan saya Sasha Sylver. Ini kedua adikku, Jenniefer Sylver dan Anne Sylver."

"Jika kakak pertama datang kemari, ia pasti akan berkata 'sepertinya ketiga perempuan ini harus kubunuh' karena mereka mengganggumu. Tapi, aku tidak begitu, karena aku tidak sesadis kakak pertama. Kalau aku, aku akan menyiksa mereka hingga mereka berlutut ampun padamu." Vector berujar mengabaikan ucapan Sasha, dan kembali mengeluarkan aura dingin membuat ketiga orang itu ketakutan.

"Madam Emily, terima kasih sudah menemani adikku."

"Sebuah kehormatan bagi saya, Yang Mulia. Kalau begitu saya pergi dahulu."

"Apa aku perlu memanggil kakak pertama, untuk memenggal kepala mereka bertiga?" Tanya Vector membuat ketiga perempuan itu merinding, dan segera membungkuk meminta maaf.

"Maafkan kami Yang Mulia! Berikanlah kami kesempatan sekali lagi!" Ujar Sasha yang memohon agar kepalanya dan kedua adiknya tidak terpenggal.

"Pergilah." Usir Lynxa.

The Duke's Weak Daughter [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang