Lynxa Rebbecca Destirafel Heylon, sang Putri Duke Heylon yang memiliki tubuh lemah. Anak bungsu serta Putri pertama keluarga Duke Heylon.
Duke Heylon beserta keluarganya dijadikan anjing setia kaisar yang menyebalkan.
.
.
Jangam sebar kemanapun sela...
Setelah kejadian itu, berhari-hari setelahnya datanglah sepucuk surat tertulis nama Kaisar saat ini di meja ruang kerja Astgar, Duke Heylon.
Dan sebuah kebetulan, semuanya berkumpul di sana. Astgar dengan malas membuka surat bercap keluarga kekaisaran. Ia membaca dalam hatinya, dan menggeram rendah.
"Ada apa ayah?" Lynxa memulai topik pembicaraan ketika melihat surat dari Kaisar itu menjadi lusuh akibat di remas oleh Astgar.
"Si gila itu tiba-tiba meminta ayah untuk menemui dia. Dalam kondisi sendiri." Ujar Astgar.
"Tumben sekali, biasanya ia akan meminta kakak pertama untuk ikut bersama ayah atau kakak kedua. Mengapa kali ini hanya ayah sendiri?" Astgar mengendikkan bahunya tidak tahu.
"Kalau begitu ayah harus bersiap. Tapi bagusnya jika kita membuatnya menunggu dari jam perjanjiannya." Ujar Lynxa memberi saran sesat.
"Katakan saja, jika ayah banyak pekerjaan." Ujarnya lagi setelah mendapat pandangan yang tidak enak.
"Ayah akan kesana sore. Ah! Ayah lupa, bagaimana dengan Ksatria Kaisar waktu itu?" Tanya Astgar menyadarkan mereka bertiga.
"Astaga, aku lupa dengan bedebah itu." Sahut Lynxa disertai dengan bahasa kasarnya.
"Biar aku yang mengurusnya." Ucap Vector yang berdiri dari duduknya.
"Sisakan untukku sedikit." Ujar Wil.
"Kalau bisa." Vector keluar dari ruangan sang ayah dan pergi mencari bedebah si gila yang berani mengatai adiknya.
"Memangnya apa yang Ksatria itu lakukan pada mu? Hingga Vector ingin menghabisinya sendiri?" Tanya Wil bingung, lalu Lynxa menjelaskannya dengan singkat.
"Tidak mungkin dia waras. Karena dia bekerja di bawah naungan orang gila." Seru Astgar sarkas.
Ctak!
Lynxa menjentikkan tangannya, menggunakan sihir mirip seperti portal. Menunjukkan Vector dengan Ksatria itu di bawah tanah. Tampak dari portal sihir itu, Vector mengeluarkan Aura berwarna hitam pekat ke sekelilingnya, Aura berwarna hitam pekat artinya dia sangat marah. Wajahnya tampak sangat membenci pemuda yang ada di hadapannya sekarang.
"Aku tau sekarang alasan dia begitu marah. Sudah pasti kuncinya adalah dirimu." Sahut Wil.
Ctas!
"Kau berisik, bedebah. Berhenti memberontak dan menikmatinya saja. Sama seperti saat kau melukai lutut adikku yang membuatmu puas dengan melukainya."
"Mungkin karena berada dekat si gila itu, kau jadi ikut-ikutan gila." Ujar Vector santai.
Syut!
Sihir yang membekap mulut orang itu di buka oleh Lynxa, ia ingin mendengar jeritan apa yang keluar dari mulut itu.
"Kalianlah yang gila! Berani-beraninya kalian menyebut Baginda Kaisar dengan bahasa yang tidak sopan seperti itu! Kalian pasti akan di eksekusi!" Serunya kencang.
"Ternyata kau masih berani mengatai keluargaku sekarang, kemarin kau mengatai adikku. Dasar tidak tahu diri." Kesalnya.
"Memang gadis itu lemah sejak lahir, jadi tidak ada salahnya kan? Hanya meminum sebuah potion saja ia sudah muntah darah, dan segalanya harus menyerahkan pada kedua kakaknya. Heh! Dia hanya gadis yang tak bisa apa-apa dan hanya bergantung pada keluarganya."
Vector dengan cepat mencengkram kedua pipi orang itu dan menusuk menggunakan kuku tajamnya yang selalu dirawat oleh adiknya. "Ada gunanya kukuku yang dirawat oleh adikku ini." Ia tersenyum kecil.
"Ah, aku butuh sebuah belati untuk memotong lidah itu." Orang yang berada di cengkraman Vector bergetar saat sebuah belati yang entah datang darimana mendekat ke arah mulutnya.
Belati kecil itu membuat Vector sedikit kaku menggunakannya karena ia jarang menggunakan benda tajam tidak seperti kakaknya. Ia menyayat seluruh tubuh orang itu seletah memotong lidah itu, hingga darahnya merembes keluar dengan deras. Kemudian, menusuk beberapa bagian vital tertentu, dan akhirnya tepat pada intinya.
Srr!
Lepas itu, belati yang digunakan Vector sebelumnya kini dilahap oleh api biru abadi dan membuat belati itu menjadi debu untuk menghilangkan jejak.
(Spill belatinya)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.