20. The final

28 2 0
                                    

"Semakin menyebalkan saja para bawahan kaisar ini!" Jengkel Wil yang tak habis-habisnya di datangi para penyihir.

Krak!

Wil terlalu berlebihan saat mengeluarkan auranya, hingga tanah itu retak terbelah dua. "Yak! Kau menghancurkan halaman depan mansion kita, kakak pertama!" Omel Vector yang kesal melihat kelakuan kakak pertamanya.

"Ya, maaf. Aku mengeluarkan aura tanpa sadar itu berlebihan hingga membuat tanahnya retak. Cepatlah musnahkan mereka, aku lelah sekali." Omel Wil balik pada Bambam yang menatapnya sinis.

"Kalau aku bisa, sudah sejak tadi mereka musnah!" Vector kini tak terpikirkan lagi cara agar bagaimana mereka habis dan tak datang lagi.

Para penyihir itu membentuk formasi lingkarang mengelilingi Wil dan Vector, dan hendak menyerang bersamaan. "Mereka melakukan hal yang menjengkelkan, kenapa si gila itu gigih sekali untuk mengambil adik perempuanku sih?! Dasar brengsek!"

"Vector, dalam hitungan ketiga, keluarkanlah seluruh mana dan aura mu. Jumlah mereka akan semakin bertambah jika kita tak bisa memusnahkan mereka dalam sekali serangan." Mereka berdua mengambil ancang-ancangan untuk menyerang dalam sekali serangan.

Jumlah para penyihir itu diperkirakan melebihi angka empat puluh, tidak termasuk yang pingsan dan lain-lain.

~~~

"Ti-tidak!" Lynxa berteriak histeris saat melihat salah satu kakaknya berlumuran darah.

"Tidak! Tidak mungkin! I-ini pasti mimpi, benarkan kakak pertama?!" Sentak Lynxa keras sembari meraung-raung menangis yang tak mendapat jawaban dari sang kakak.

"Yak! Ini semua karena kalian!" Lynxa meraung marah, matanya sembab menangisi kakak keduanya yang tergeletak berlumuran darah karena melindungi dirinya. Dia marah karena membiarkan kakaknya mengorbankan dirinya hanya untuk dirinya yang lemah ini.

Lynxa terbawa emosi, wajahnya memerah, dan mulai mengambil ancang-ancang untuk menyerang. Ia sesekali meringis sakit karena tubuhnya terasa begitu panas hingga rasanya akan meledak.

"Ra-sakan pemba-la-san-ku!" Nafasnya tersengal-sengal karena menahan rasa sakit itu.

Wush!

Hwar!

Lynxa tampak senang karena tubuh mereka terbakar karena ulahnya. Dia tertawa keras sekaligus tersenyum menyakitkan. "Ha!-Argh!" Ia berbaring dan memeluk tubuhnya sendiri, ia melihat ada asap yang keluar dari tubuhnya seolah ia adalah makanan yang hangus.

"Ya! Dasar adik bodoh! Kenapa kau memaksakan dirimu?!" Bentak Wil yang tampak tak bisa menahan emosi dengan raut ekspresi mengkhawatirkan.

"Diamlah, kak. Ini adalah hal terakhir yang bisa kulakukan sebagai Putri tunggal Heylon. Hari ini, Kisah Kehidupan Putri Heylon yang lemah telah usai." Kalimat itu pasti menyakitkan untuk di dengar oleh sang kakak pertama, Wil.

"Yak! Kalau kau berani menutup matamu, aku akan membencimu seumur hidup!" Wil berteriak kencang bahkan mungkin hisa memekakkan telinga adiknya.

"Jangan berteriak, kak. Telingaku berdengung." Lirihnya lemah.

Matanya kian terasa memberat, seolah kantuk telah datang. Wajahnya pucat, bibirnya mulai membiru seolah dia kedinginan dengan suhu yang tak waras. Perlahan, tubuhnya mulai berubah menjadi debu mulai dari kakinya yang menjarat ke tubuh bagian atas.

"Aku sayang kakak, dan yang lainnya. Maaf, kakak pertama." Wil meraung marah, sedih, duka, dan segalanya tercampur menjadi satu saat dia hanya menyentuh tubuh adiknya yang telah menjadi debu itu.

Cahaya berkilauan memenuhi langit oranye itu dan menjadi bukti bahwa hari itu adiknya telah pergi, meninggalkan Wil, kakak pertamanya, dan yang lainnya.

"Kaisar sialan itu!"

...

The Duke's Weak Daughter [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang