8. Sakit Dibalas Sakit

3.6K 788 291
                                    

Sakit dibalas sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakit dibalas sakit. Sakit dibalas maaf itu curang.

𓆩♡𓆪

"Dimana wadon-wadon sialan itu?!" bentak Raharja beberapa saat setelah memasuki pekarangan rumahnya.

Raharja tersulut emosi begitu melihat dua pasang sandal yang tertata rapi di depan pintu rumah. Satu lusuh, dan satu lagi kebalikannya. Dilihat sekilas saja, semua orang pasti tahu itu sandal baru. Dengan tergesa Raharja memasuki rumah. Tanpa salam. Tanpa mengetuk. 

"Ada apa toh, Pak? Ada apa sampai Bapak berteriak seperti itu? Ini sudah surup, Pak. Tidak baik Bapak berteriak dan mengutuk." Kemuning keluar dari dapur begitu mendengar suara Raharja yang terlampau kasar.

"Oh, di sini kowe rupanya. Lalu dimana anakmu?"

"Katakan dimana anak itu, Kemuning! Dimana anak kurang ajar itu?" Raharja mengulang perkataannya.

"Apa maksudmu, Pak? Sampai hati Bapak menyebut anak sendiri dengan sebutan kurang pantas," ucap Kemuning sedikit terkejut.

"Dan dimana kamu dan anakmu menyembunyikan uang?"

"Uang apa lagi, Pak? Beberapa hari lalu Bapak sudah mengambil semuanya."

"Itu kan beberapa hari yang lalu. Aku memang sudah tua, tapi belum bodoh. Jika kalian belum mendapat upah, lalu darimana sandal selop itu datang? Apa sandal itu datang dari langit lalu berjajar dengan sendirinya di depan pintu rumah kita? Tapi aku yakin itu milik Jengganis. Hanya ada dua pasang sandal di depan. Satu yang lusuh, biasanya kowe pakai. Satu lagi baru, warna delima. Cocok untuk wanita muda." Raharja menyimpulkan.

Lagi-lagi Kemuning terkejut dengan pertanyaan Raharja. Dalam hati ia meruntuk untuk dirinya sendiri, begitu ceroboh Kemuning melupakan sandal selop begitu saja.

"Jawab! Dimana anak itu?" Kali ini nada bicara Raharja melonjak.

"Bapak selalu datang dengan kemarahan yang berkecamuk. Bicaralah dengan baik, Pak. Kami masih bisa mengerti perkataan Bapak tanpa Bapak berteriak dan memaki seperti itu," Jengganis keluar dari salah satu bilik yang berada di ujung.

Raharja berjalan ke arah Jengganis dengan wajah merah padam, tangannya mengepal begitu erat. Dibanding manusia, Raharja lebih terlihat seperti hewan buas yang siap membunuh dalam beberapa detik.

"Dimana kamu menyembunyikan uangmu?" tanya Raharja tanpa basa basi.

"Apa maksud Bapak? Uang yang mana? Uang yang Bapak gunakan untuk berjudi kapan lalu? Atau uang yang Bapak gunakan untuk sebotol minuman candu?"

ANJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang