17. Romansa Muda yang Belia

2.4K 295 131
                                    

A teenager's romance is fickled or true

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A teenager's romance is fickled or true.
A teenager's romance is red-hot or blue.

A Teenager's Romance
Ricky Nelson

𓆩♡𓆪

Anjanu memikirkan perkataan Priyambada matang-matang. Yang menjadi penghalang yang adalah Jengganis. Saat ini Jengganis sangat tertutup padanya. Jangankan berbicara, Jengganis bahkan enggan menatap dan terus menjaga jarak. Pulang dari pasar pun, Jengganis langsung duduk di sebelah Kaetriel, mengajak Kaetriel mengobrol ini dan itu. Topiknya wira-wiri tidak jelas. Bahkan ada beberapa saat Kaetriel kebingungan dengan perkataan Jengganis yang tumpang tindih. Kaetriel memandang Anjanu, berharap ia menemukan titik terang akan keanehan Jengganis. Namun Anjanu hanya menggedikan bahu, dan berjalan ke arah belakang, entah untuk apa.

Begitu Anjanu pergi, Jengganis menghembuskan nafas lega.

"Ada apa, Teh?" Kaetriel menggenggam tangan Jengganis dengan kedua tangan mungilnya, mengelus tangan itu dengan ibu jarinya yang mungil pula. Mimik gadis kecil itu terlihat khawatir. Jengganis tersenyum. Ah Kaetriel. Betapa pintarnya kamu mengekspresikan diri.

"Tidak apa-apa, Kaet. Aku dan Anjanu hanya sedikit canggung." Jengganis mengelus rambut Kaetriel. Rambut itu Brunette alami. Bergelombang dan wanginya wangi bunga kenanga. Cantik sekali.

"Apa itu canggung?"

"Canggung itu artinya saat situasi tidak nyaman diantara dua orang, atau lebih."

"Kenapa Teh Jengganis merasa canggung dengan Kang Janu?"

"Karena Jengganis menolak cintaku, berbicara denganku beberapa hari yang lalu, namun sekarang ia berlagak seakan tidak terjadi apapun. Itulah yang membuat kita canggung." Anjanu muncul, membawakan tumpukan buku-buku sedikit usang.

Mata Jengganis menatap Anjanu dengan kilat amarah. "Bagaimana bisa kamu begitu frontal kepada anak kecil, Anjanu?"

"Sudah aku bilang ia tak akan puas dengan jawaban setengah-setengahmu itu, Jengganis. Lagi pula perkataanku ada benarnya, kan? Beberapa hari yang lalu bahkan kamu menghampiriku di Pantai Anyer. Namun hari ini saat aku berkunjung, kamu berlagak tidak mengenaliku," kata Anjanu lalu meletakkan buku-buku yang ia bawa di meja.

"Situasinya berbeda. Beberapa hari yang lalu adalah keadaan darurat. Pelayan Godewyn menghampiri. Bukankah tidak mungkin jika Ibu Ayu yang pergi untuk mencarimu?" Jengganis menggerutu kesal. Anjanu tanpa henti membahas itu. Seakan tidak ada topik lain yang bisa dibawa di malam yang tenang ini. Selalu saja ada perkataannya yang membuat ricuh. Membuat angin panas berhembus entah darimana. Dan jangan lupakan guratan petir yang menyambar dada. Anjanu adalah satu-satunya pelaku.

"Itu kan buku lama ku. Untuk apa dibawa kemari, Kang Janu?" Akhirnya Kaetriel malaikat kecil membawa pertolongan lewat celotehannya.

"Ini? Untuk Jengganis. Agar Jengganis belajar membaca, Kaet." Anjanu tersenyum, lalu mengambil duduk di sebelah Kaetriel.

ANJANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang