▪︎ 11: PENGEMBALIAN ▪︎

889 62 8
                                    

Sepatu baru dicuci itu berdecit di atas lantai yang baru di pel. Gedung sekolah masih sepi, namun Lidya nekat menyusuri koridor di pagi hari. Sebelum langkah berbelok ke kelas, Lidya berhenti di depan loker.

Tangan terjulur memasukkan kunci, memberi sedikit putaran dan pintu loker terbuka. Kala terbuka, senyum tipis Lidya tertuang di wajah.

 Kala terbuka, senyum tipis Lidya tertuang di wajah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boneka penguin. Penguin adalah binatang kesukaan Lidya. Ada dua buah boneka lucu berukuran kecil di dalam sana. Boneka bernahan bulu lembut dan memiliki wangi bunga lili. Lidya suka kala menciumnya.

Lidya melirik kanan dan kiri. Tak lama ia merasa aneh. Siapa yang memberinya barang-barang ini? Faza? Jelas bukan. Cowok itu tak tahu jika Lidya suka penguin.

Lalu siapa? Dan kenapa bisa orang itu membuka loker Lidya yang jelas-jelas selalu ia kunci. Dan tiba-tiba tuduhan Lidya jatuh pada Ray. Lelaki itu pernah memberinya cokelat putih juga di loker. Tapi, apa iya?

Lidya tutup kembali loker miliknya. Mata Lidya fokus menatap dua boneka lucu di tangan. Gadis itu membolak-balik boneka, barangkali ada nama pengirim. Namun, nihil.

"Dor!"

"Hah!"

Lidya merapatkan matanya selepas ia terkejut setengah mati. Kala membuka mata kembali, wajah tampan Ray terpampang, sangat dekat dengan wajahnya.

"Ngapain, sih?"

Cowok itu malah terkekeh. "Kaget, ya?"

Lidya memutar kedua bola mata, kesal. Ntah sejak kapan dan dari mana cowok itu. Tiba-tiba saja muncul seperti setan di film. Tak mau berurusan dengan Ray, Lidya berbalik badan, mulai melangkah.

"Eits, ke mana?" cegah Ray menahan tas Lidya. Roi menarik tas Lidya ke belakang dan tubuh Lidya terseret mendekatinya.

"Mau ke kelas. Cape gue liat muka lo," ketus Lidya menghempas tangan Ray.

Tapi Ray cekatan menahan pergelangan Lidya.

"Ayo bikin perjanjian," Ray tersenyum sembari memiringkan kepala "kamu jadi punyaku, dan aku jadi punya kamu. Yang melanggar perjanjian ini, dapat hukuman. Gimana?"

"Sinting!" seru Lidya mendorong dada Ray. Gadis itu melangkah cepat menuju kelas, lalu pintu kelas ditutup olehnya.

Ray terkekeh. "Aku engga main-main, Sayang."

Lidya bersandar pada pintu kelas. Tidak tahu kenapa, jantung gadis itu berdegup kencang. Bukan. Bukan karena naksir Ray, tapi karena takut dengan Ray.

Kala mata mengedar, Lidya menemukan Faza sudah sampai di kelas. Cowok itu duduk termenung sendirian dengan tatapan kosong.

Entah keberanian dari mana, Lidya melangkah, menuju meja Faza.

Faza sadar akan kedatangan Lidya, langsung mengangkat telapak tangan. Langkah Lidya terhenti karena itu.

𝐃𝐀𝐍𝐆𝐄𝐑𝐈𝐎𝐔𝐒 [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang