▪︎ 18: SEMBUNYI ▪︎

665 55 6
                                    

Sorak sorai isi kepala menghantui Lidya. Malam penuh kebingungan, hati akan bimbang. Semua kesalahan tertuju padanya, jadi bingung keputusan apa yang harus ia ambil. Semua putusan pasti memiliki dua sisi baik dan buruk.

Jijkalau Lidya ingin terus bersama Faza, acuh dengan Ray, bukan hanya dirinya melainkan orang sekitar juga terkena dampaknya. Jikalau Lidya menjauhi Faza dan tunduk kepada Ray, hati Lidya yang harus dikorbankan.

Sekarang, apa?

Berusaha memutar pikiran, ada lampu menyala di dalam angan, Lidya dapat jalan baru.

"Apa gue sembunyi-sembunyi aja, ya sama Faza? Ray suka gue, gue ladenin dia, tapi gue masih berhubungan sama Faza," cerocos Lidya, monolog. Tapi aman ga, ya? Ray selalu tau semuanya.

Berguling ke samping, Lidya mengetik pesan untuk Faza.

Faza

Kamu kapan masuk?
Mau ngobrol penting
1

7:03

Lidya terlentang kembali, menunggu balasan. Dering telepon berbunyi, tertulis nama Faza di layar, Lidya menggeser tombol hijau.

"Sore, Dya. Maaf, aku maunya telepon aja biar enak," suara serak khas bangun tidur menyambut.

"Baru bangun, ya? Aku ganggu tidurnya?"

"Engga, kok. Emang udah kebangun duluan. Aku besok mulai masuk. Badan udah sehat seratus persen, engga sakit-sakit lagi."

"Aku mau ngomong serius. Dengerin dulu sampai akhir, ya. Pertanyaannya disimpan nanti. Semua ada alasannya," ungkap Lidya bernada serius.

"Iya-iya. Apa?"

"Aku mau hubungan kita berhenti buat saat ini-"

"Baru balikan, Dya! Aku salah apa?" potong Faza cepat.

"Kan aku udah bilang, dengerin dulu. Kita engga putus beneran, kok. Aku mau kita kelihatan putus di mata orang-orang, tapi kita masih berhubungan diem-diem."

"Kenapa? Malu balikan sama mantan?"

Hembusan napas lelah keluar, Faza susah sekali diatur. "Ceritanya panjang. Dengerin baik-baik," tukas Lidya, "Sahara sama Kiwa tiba-tiba ngejauhin aku. Beberapa hari sebelum itu, sekolah ada kasus. Kiwa pingsan di gudang sekolah ntah dari kapan, baru ditemuin sore. Di gudang ada yang aneh, ada manekin megang pisau, kan kaya gamungkin gitu. Sampai ortu Kiwa manggilin polisi buat ke sekolah, nyari jejak orang iseng itu, tapi engga nemu bukti."

"Aku tau kalo itu ulah Ray. Sebelumnya dia ancam aku, dan itu dia hasilnya. Kiwa yang kena. Dia pernah bilang, dua dari mereka udah kena. Aku curiga kalo sebenernya Sahara dijahatin Ray sebelum Kiwa."

"Emang Sahara sama Kiwa ga cerita ke kamu?" potong Faza bertanya.

"Engga. Waktu mereka masuk lagi, masuknya barengan, langsung ngejauh. Sahara terang-terangan bilang kalo ga mau deket aku lagi. Dan aku yakin itu ulah Ray."

"Kenapa ga terus terang kalo kamu tau itu ulah Ray? Kenapa diem aja. Coba kamu ngomong, pasti kelar masalahnya."

"Ga semudah itu, Za. Ray bukan remaja biasa kaya kita. Tingkah dia gabisa dinalar. Tiap aku bikin laporan ke BK, pasti guru percaya ke dia."

"Temen kamu yang satunya, si Nanda itu gimana?"

"Nah itu. Aku takut kalo Ray nekat nyakitin Nanda juga, gegara aku balikan sama kamu. Aku gatau dia siapa, ngapain aja, tapi gerak-gerik aku selalu diawasin sama dia," Lidya mengubah posisi tengkurap, "Ray juga lukain kamu. Bikin kamu drop kaya gini. Dia juga nyakitin aku diem-diem."

𝐃𝐀𝐍𝐆𝐄𝐑𝐈𝐎𝐔𝐒 [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang