▪ 06: WHITE CHOCOLATE ▪

3.2K 223 4
                                    

Lidya berangkat ke sekolah tanpa kendaraan, hanya mengandalkan kaki. Langkahnya riang gembira di pagi hari, diselingi lompatan kecil layaknya kelinci. Bukan apa, hari yang ia tunggu pun datang.

Hari ini, rencananya Lidya hendak memberi Faza sebuah hadiah kecil-kecilan yang diusulkan oleh Nanda beberapa hari yang lalu. Beberapa hari mereka saling diam, tanpa sapa yang hampa.

Lidya berharap, semoga Faza mau menerima penjelasan yang ia tulis di dalam hadiah ini. Semoga Faza terbius kata-kata di dalamnya.

Lidya menyusuri koridor utama yang sudah cukup ramai sembari bersenandung kecil. Kala sampai di depan kelas, Lidya berhenti untuk beberapa saat.

Di depan kelas terdapat deretan loker. Setiap loker berbentuk kotak memanjang, yang di dalamnya terdapat sekat, serta pintu terdapat wadah untuk menyimpan barang-barang kecil.

Niatnya, Lidya ingin memasukkan hadiah ke dalam loker Faza-layaknya novel remaja yang pernah ia baca.

Setiap loker terdapat namanya masing-masing. Lidya mencari nama Faza. Beberapa menit mencari, Lidya menemukan di barisan loker bawah.

Lidya berjongkok, mencoba membuka loker Faza tapi dikunci. Niat awalnya pun harus terurungkan. Lidya menghembuskan napas pelan, kembali berdiri.

Gadis itu beralih ke lokernya sendiri. Di barisan tengah paling samping kanan. Lidya mengambil kunci loker di retsleting kecil tas, lalu menaruh tas di atas lantai lantaran ingin melepas cardigan yang ia kenakan.

Kala membuka loker, Lidya sedikit terkejut mendapati ada sebuah kotak di dalam lokernya. Lidya mengambil benda itu.

"Perasaan kemarin kosong, gak ada apa-apa. Eh bentar," Lidya membaca tulisan di tutup kotak tersebut, ia juga sedikit mengintip isinya "cokelat! Cokelat putih!" pekik Lidya girang setelah tahu isinya.

"Lama banget enggak makan cokelat putih!" Lidya menaruh cardigan. Pintu loker pun tertutup setelahnya. Tas Lidya kembali tertenteng di bahu sebelah kiri.

Masuk ke kelas, mata Lidya berbinar dan terus menatap kotak berukuran sedang yang tengah ia bawa. Cokelat putih adalah kesukaan Lidya. Lidahnya lumayan lama tidak memakan cokelat putih. Terakhir dia ingat, cokelat putih masuk ke dalam perut kala liburan akhir tahun kelas 9 SMP.

Melihat Lidya senang akan pemberiannya secara diam-diam, Ray tersenyum simpul. Tubuh tegap itu perlahan menghilang di balik pintu kelas.

Di dalam, Nanda sudah datang. Teman Lidya yang satu ini entah kesambet apa sehingga membaca buku paket di pagi hari. Lidya mengganggu kosentrasi Nanda saat dengan sengaja tangannya menyentil telinga Nanda.

"Nanda, gue dapet cokelat putih!" seru Lidya. Rautnya terlihat sangat senang. Nanda memajukan kursinya agar Lidya bisa masuk dan duduk di kursinya.

"Dari siapa?" tanya Nanda memasang muka datar. Rasa kesal itu ada kala merasa tenganggu oleh Lidya, yah walau rasanya hanya secuil.

"Enggak tau juga, sih. Tadi nemu di loker. Ah, seneng banget! Lama gak makan ...," girang Lidya.

Penuh semangat, tangan Lidya menarik tutup ke atas. 9 buah cokelat putih menggiurkan membuat Lidya meneguk ludah berkali-kali.

 9 buah cokelat putih menggiurkan membuat Lidya meneguk ludah berkali-kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐃𝐀𝐍𝐆𝐄𝐑𝐈𝐎𝐔𝐒 [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang