▪ 03: PENYEMATAN ▪

5.5K 302 21
                                    

Ray keluar dari kamar, bersama langkah ringan serta mulut mengerucut yang mengeluarkan bunyi siul. Sampai di dapur yang tak terlalu luas, Ray menyampirkan handuk yang ia tenteng di kursi meja makan.

Ray membuka pintu yang ada di bawah meja bar, tempat di mana piring dan mangkuk tersimpan rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ray membuka pintu yang ada di bawah meja bar, tempat di mana piring dan mangkuk tersimpan rapi. Ray mengambil satu mangkuk putih lumayan besar.

Pilihan Ray jatuh kepada oatmeal dengan bungkus berwarna merah yang ada di toples.

Dia menuang oatmeal ke dalam mangkuk sampai separuh volume mangkuk.

Ray bergerak menuju kulkas. Mengambil susu dingin yang tersimpan di botol minum. Kebiasaan Ray, membuat oatmeal dengan susu dingin. Entah bagaimana rasanya nanti, yang terpenting, Ray suka.

Susu dengan rasa madu dituang ke dalam mangkuk. Sarapan Ray sudah jadi.

Ray mengambil sendok dan tisu di atas meja makan. Ray mengusap sendoknya dengan tisu.

Senyum Ray terbit begitu saja. Di meja makan, terdapat foto kecil. Foto Lidya dengan senyuman manisnya.

Walaupun hanya dengan foto, Ray sudah merasa jika ada Lidya yang menemani sarapan. Tangan Ray terulur mengusap foto.

"Nanti, kita sarapan bersama, di sini."

Ray mengaduk oatmealnya. Sembari terus menatap foto, Ray menyuapkan sesendok outmeal ke dalam mulutnya.

Beberapa menit kemudian, sarapan Ray habis.

Ray kembali ke kamar. Mengambil tas, kaus kaki, topi, sabuk dan dasi. Sekaligus, Ray mengambil kunci motornya. Ia mengenakan atribut-atribut tersebut. Tampilan Ray sudah rapi. Ray menuju sisi apartemen kesukaannya. Yaitu tembok hitam dengan banyak foto di atasnya.

Foto Lidya adalah penyemangat Ray.

"I love you. See you," bisik Ray kepada orang di dalam foto.

•••

Di rumah lain, Lidya baru saja siap dengan seragam SMP yang sudah 3 hari ini dikenakan terus. Eits, Lidya sudah mencuci bajunya kemarin. Jadi, bau kecut sudah pergi jauh-jauh.

Lidya menenteng tas di bahu kiri. Tangannya membawa topi biru SMP. Di dalam topi Lidya, ada handphone dan power bank.

Kaki Lidya yang dihiasi kaus kaki putih bersih, bergerak lemas menuju meja makan yang gabung dengan ruang keluarga.

"Ayo buruan makan. Keburu dingin," titah Bunda Lidya.

"Iya," jawab Lidya lesuh.

Lidya menaruh tasnya di atas kursi. Topi ia taruh di atas meja. Lidya mengambil piring, mengisinya dengan nasi dan lauk pauk.

"Kamu kenapa? Tadi malam nangis, yah?" tanya Bunda Lidya bertanya lembut.

"Kenapa? Cerita dong sama Bunda," desaknya. Duduk berseberangan menghadap Lidya.

𝐃𝐀𝐍𝐆𝐄𝐑𝐈𝐎𝐔𝐒 [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang