"Hiks ... Taichou ..."
Isak tangis yang terasa begitu dalam nan menyayat hati itu seketika membuat Sakura membuka matanya. Ia nampak begitu terkejut sekaligus kebingungan saat menyadari sudah ada di depan sebuah kuil tua yang begitu besar. Jajaran bunga mawar berwarna biru yang terbentang di sisi kiri dan kanan jalan setapak kuil itu, membuatnya semakin bingung karena tidak ada kuil yang menanam bunga langka seperti itu.
"Taichou ... "
Lamunannya seketika buyar begitu ia kembali mendengar suara seorang gadis di dalam kuil. Suara isak tangisnya kini bertambah dengan suara isakan seorang pria saat ia melangkah naik lebih tinggi ke dalam kuil itu. Aroma mawar juga darah tercium kuat di sana, beberapa barang juga terlihat berserakan di sana.
Manik emeraldnya seketika terbelalak begitu melihat ada sekitar empat sosok anbu yang sudah mati dan sosok Hanasita yang tengah di pangku dan di peluk seorang pria, di tengah aula kuil itu. Dengan begitu hati-hati ia melangkah melewati ceceran juga genangan darah di sekitarnya, untuk melihat lebih dekat siapa pria yang tengah terisak di bahu gadis itu.
"Taichou ..." Panggil gadis bersurai biru itu lagi sembari mengusap kepalanya dengan lemah, "Aku ingin melihat wajahmu untuk terakhir kalinya,"
Sosok pria itu nampak menggelengkan kepalanya dan semakin membenamkan wajahnya pada bahu Hanasita, "Sampai medic-nin datang kau tidak akan melihat wajahku,"
"Taichou ... Hiks ... Aku ... Aku sudah tidak sanggup lagi. Hiks ... Cepat tarik katana ini," Ucapnya membuat Sakura seketika menggulirkan tatapannya pada perut gadis bersurai biru muda itu yang sudah tertancap sebuah katana yang menembus hingga ke belakang, tidak hanya itu beberapa panah juga kunai terlihat menusuk punggungnya.
"Ti ... Tidak. Bersabarlah medic-nin akan datang sebentar lagi. Jika tidak aku akan menggendongmu sampai ke desa nee?" Tanya sosok pria itu sembari mendongak, membuat Sakura kembali terkejut bukan main saat melihat pria itu adalah suaminya sendiri, namun dengan wajah yang lebih muda.
"Lukamu lebih parah dari aku, lalu bagaimana kau akan menggendongku hmm? Aku juga tidak akan sanggup menahan luka ini lebih lama,"
"Sita ku mohon jangan berkata seperti,"
"Taichou, jangan terlalu keras pada hatimu. Saat kau mulai mencintai seseorang nanti, biarkan perasaan itu tumbuh. Cinta tidak akan membuatmu lemah atau jalanmu terbatas. Cinta akan membuatmu semakin kuat dan bebas seperti aku," Ucapnya membuat Shisui seketika tertunduk.
"Maaf, aku tidak pernah menyadari perasaanmu selama ini,"
"Aku mengerti, semoga kau mendapat gadis yang lebih berisik dan lebih nakal daripada aku,"
"Sita, aku akan menebus kesalahan besar ini dengan cara apapun. Jadi ku mohon bertahanlah,"
Hanasita nampak menyunggingkan senyum getirnya sembari menggenggam Shisui dengan erat lalu mencium punggung tangannya, "Taichou ... Jangan terus menerus salakan dirimu sediri. Kalau kau tidak keberatan, berjanjilah kalau kau tidak akan membiarkan Luna mendekati atau mengambil Kenzou dan Kenzi, setidaknya sampai mereka mencapai usia 14. Anak-anak itu sudah sangat menderita karenanya,"
"Sita aku akan pastikan sampai mereka dewasa aku akan menjaganya. Itachi juga akan menanggung jawabi mereka,"
"Taichou ... Aku sangat bahagia mendengarnya tapi maaf anak-anak itu hanya akan bertahan sampai usia 14 saja. Sekarang izinkan aku pergi," Pintanya dengan napas yang mulai terengah sembari menyentuh pipi Shisui lalu mengecup keningnya, "Sita ..."
"Terimakasih, kau telah banyak membantu juga mendukungku selama ini taichou. Aku sangat bahagia memiliki sahabat sepertimu,"
"Sita berhentilah bicara omong kosong, aku akan membawamu pergi sekarang. Kau pasti akan segera sembuh," Ucapnya sembari mencoba bangkit namun Hanasita segera memegang bahunya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner Until Eternity
FanfictionDahulu cinta itu seperti matahari yang membuatku selalu bersemangat dan memiliki tujuan untuk hidup. Tapi kini cinta hanyalah seperti langit malam yang gelap juga dingin. Sebagai partner hidupku, tolong tetap tuntun aku agar tidak lagi terjatuh dala...