Raungan tangis para wanita hingga anak-anak di camp utara yang begitu ramai terdengar terasa begitu menyayat hati. Perhatian mereka seketika teralihkan saat sosok Shisui tiba bersama beberapa anak buahnya. Anak-anak kecil yang melihat sosok mereka berjalan masuk2 ke dalam camp perlindungan dengan penampilan yang masih berlumuran darah, nampak ketakutan hingga bersembunyi di belakang orang tuanya atau para perawat, bahkan ada juga yang menangis dengan keras.
Seorang pemuda seusia Konohamaru yang terlihat begitu marah nampak berjalan cepat mendekatinya lalu melayangkan tinjuannya hingga mengenai rahang bawah Shisui hingga membuat para anak buahnya geram dan hampir menahannya jika Shisui tak mengisyaratkan mereka untuk diam, "Kau! Kau seorang jendral kan? Tugasmu melindungi desa tapi kenapa kau membiarkan desa ini di serang? Kemana dirimu saat kekacauan terjadi hah! Orang tuaku menjadi korban karena kelalaianmu!" Teriaknya dengan nada yang begitu gemetar.
Saat Shisui mengulurkan tangannya, pemuda itu reflek menyilangkan wajahnya sembari mundur satu langkah karena takut Shisui akan memukul atau menghajar balik dirinya. Namun, ekspetasinya ternyata salah, Shisui malah mengusap kepalanya hingga semua yang ada di sana terkejut, "Maaf,"
Satu kata lirih yang terucap pada bibirnya membuat pemuda itu seketika mendongak dan begitu terkejut, karena ia baru melihat tubuh Shisui yang begitu babak belur dan terluka begitu parah bahkan darahnya terlihat masih menetes. Pemuda itu seketika merapatkan bibirnya lalu berlari sembari mengusap matanya.
"Shisui-san, apa perlu ku kejar dattebayo?"
"Biarkan saja," Ucapnya sembari kembali melangkah masuk, mencari Sakura.
"Jendral!" Teriak seorang perawat di belakangnya yang seketika membuat Shisui menoleh.
Saat perawat itu melambaikan tangannya, Shisui pun segera menghampirinya lalu mengikutinya menuju sebuah tenda medis yang lebih besar di ujung camp itu. Jantungnya seketika berpacu lebih cepat saat ia melihat Mebuki, Kizashi dan Ruka sedang duduk di depan tenda itu sembari menangis.
Naruto pun segera mengisyaratkan para anak buah mereka untuk mundur dan pergi ke tempat lain. Perasaannya yang begitu tak enak semakin memperberat langkahnya, jarak diantara mereka pun terasa begitu jauh. Kizashi yang pertama kali melihat sosoknya mendekat nampak segera menyeka air matanya lalu berjalan menghampirinya.
"Shisui," Panggilnya membuat kedua wanita paruh baya itu mendongak lalu ikut menyeka air matanya.
Ruka yang melihat putra asuhnya datang dengan tubuh terlumuri darah nampak begiti terkejut dan langsung bangkit menghampirinya dengan ekspresi yang begitu panik, "Nak ... Kau ... Kau bertengkar dengan siapa? Kenapa kau terluka seperti ini?" Tanyanya sembari meyentuh wajah Shisui dengan begitu gemetar hingga air matanya kembali menetes.
Dengan lembut Shisui memegang tangannya lalu menyeka pipi wanita tua itu, "Bibi tidak perlu mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja,"
"Shisui kau terluka parah nak. Ayo kita temui dokter," Ajak Kizashi sembari menyentuh bahunya.
"Tidak tousan, yang lebih penting sekarang adalah Sakura. Dimana dia sekarang?" Tanyanya membuat mereka malah melempar tatapan bingung satu sama lain, "Kaasan, apa Sakura di dalam?"
Mebuki yang masih merasa terguncang mendengar kabar putrinya celaka hanya bisa mengangguk dan kembali menangis membuat perasaan Shisui semakin menjadi tidak enak, "Apa Sakura ..."
Belum saja Shisui menyelesaikan ucapannya Kizashi tiba-tiba memegang bahunya, "Sakura masih dalam penanganan Shizune-san. Dia bilang ... Sakura kritis,"
"Haa? Bagaimana bisa tousan? Apa ada seseorang yang menyerangnya,"
"Tidak ... Tidak ada yang menyerangnya. Dia tertimpa pilar setelah menyelamatkan seorang anak kecil di funfair Ume," Jelasnya membuat Shisui terbelalak lebar hingga api amarahnya kembali terlihat membara pada manik onyxnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner Until Eternity
FanfictionDahulu cinta itu seperti matahari yang membuatku selalu bersemangat dan memiliki tujuan untuk hidup. Tapi kini cinta hanyalah seperti langit malam yang gelap juga dingin. Sebagai partner hidupku, tolong tetap tuntun aku agar tidak lagi terjatuh dala...