Mulai dari part ini aku rombak abis-abisan. Btw selamat menjalankan ibadah puasa ya bagi readers yang berumat muslim :)
Calysta ragu untuk bertanya di mana kamarnya berada. Dia sempat mengintip Cars yang sedang duduk di ruang depan. Pria itu sedang asyik dengan lamunannya sendiri di temani secangkir kopi yang isinya masih utuh. Lalu untuk apa dia membuat kopi jika tak meminumnya? Begitu kira-kira Calysta membatin. Di dorong oleh rasa lelah dan ingin sekali merebahkan badan, dia memberanikan mendekati Cars.
"Cars..?"
Sosok Cars yang duduk membelakanginya tidak menoleh secuilpun. Lalu Calysta coba panggil sekali lagi, "Cars?"
Tidak kunjung mendapatkan jawaban, sesuatu mendorong tangannya untuk menepuk pundak pria itu dan Cars menoleh. Tersentak mendapati Calysta di belakangnya, lalu mengerjap. Jenis ekspresi yang jarang sekali tertangkap oleh Calysta.
"Iya?"
"Aku bertanya di mana kamarku?"
"Dari sini kau berjalan ke arah lorong dan akan menemukan dua pintu kamar. Pintu yang terdapat dream catcher berwarna putih tulang itu adalah kamarmu. Kau tidak perlu untuk kuantar bukan?"
"Tentu saja aku bisa sendiri."
"Good." Tanpa mengindahkan kehadiran Calysta, Cars menyeruput kopi miliknya.
Calysta bedecih, tubuhnya berbalik dengan mulut komat-kamit merapalkan makian. Dia bersusah payah membawa dua koper serta tas gucci yang menggelantung di bahu. Seharusnya Taylor tidak serta merta meninggalkannya begitu saja. Lihat apa yang terjadi? Dia kesusahan membawa barangnya ke dalam kamar. Di depan pintu yang Cars maksud, Calysta menarik handle lantas memasuki ruangan tersebut. Dibalik pintu terdapat kunci dengan gantungan boneka panda mungil. Lalu dia memutar kunci tersebut hingga berbunyi klik. Bagaimana pun Calysta harus waspada terhadap Cars.
Calysta hempaskan tubuh lelahnya di atas ranjang kayu setelah beberapa kali menyemprotkan disinfektan. Matanya terpejam ke arah langit-langit, sementara mulutnya berulang kali mengeluarkan nafas kelelahan. Dia berpikir untuk mengurangi interaksinya bersama Cars di dalam rumah ini. Meyakinkan diri bahwa dia mampu untuk menjalani semuan ini selama dua Minggu.
"Tidak apa, kau pasti bisa!" Calysta bergumam sendiri, tangannya mengepal semangat. Lalu tiba-tiba saja sedetik kemudian dia terkejut oleh sebuah ketukan. Suara itu lirih dengan tiga kali ketikan lembut yang berjeda.
Tubuh Calysta bangun dengan kaku, berjalan memgendap-endap ke arah pintu lalu, "tok.. tok.. tok.. dia memegang dada takut jantungnya memerosot.
"S-siapa?" Calysta tempelkan telinga ke daun pintu.
"Ini aku!"
Calysta mengernyit mengenali suara Cars. Ada perlu apa pria itu mengetuk pintu kamarnya?
Berusaha mengeapkan tubuh, Calysta membuka sedikit pintu setelah memutar slot kunci. "Ada apa?" dia bertanya dengan tangan menyilang, meninggikan dagunya tampak acuh. Tetapi pria di depannya benar-benar tidak tertandingi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calysta Finn
RomanceKata orang cinta pertama itu tidak akan dapat terwujud dan Callie merasakan hal itu. Bertahun-tahun ia mengejar Cars, putra dari temam dekat orang tuanya serta sahabat sang kakak. Hingga pada akhirnya Callie menarik kembali seluruh perasaannya dan m...