Calysta menyelesaikan makanannya dengan cukup lama. Dia mengunyah malas-malas hampir selama satu jam, membiarkan pria yang bergelut di kepalanya saat ini mondar-mandir dibalik punggungnya. Entah apa yang Cars lakukan tapi itu terdengar cukup berisik.
Saat bunyi suara pintu depan terbuka, buru-buru Calysta menengok. Setelah bertahan selama mungkin untuk tidak peduli apa yang Cars lakukan, kali ini rasa penasaran Calysta memanggil-manggil dari arah teras. Seolah menyuruhnya mengintip dan mungkin saja dia bisa bergabung. Calysta buru-buru menegapkan badan lalu berdiri tergesa sampai tidak sengaja kakinya terantuk sudut bawah meja dan mengaduh lirih kesakitan.
Dengan sikap jalan yang aneh, Calysta menuju teras. Dia duduk di kursi lipat, memperhatikan Cars yang sedang berjongkok memanggang seekor burung yang entah di dapat darimana. Melipat bibir bawahnya ke dalam saat lengan baju Cars semakin terangkat ke atas Calysta memperhatikan otot-otot lengan yang terpahat tanpa berkedip saat tangan kekar itu sedang mengayunkan kipas. Dia memegang lehernya yang tercekat, tenggorokannya begitu kering menyaksikan pemandangan di hadapannya itu. Walau udara begitu dingin, rasanya wajah Calysta semakin memanas.
Saat tubuh Cars berdiri menegap, buru-buru Calysta menyambar botol air mineral yang sudah tersedia di atas meja. Meneguk air tersebut dengan ekor mata yang masih mengawasi Cars, pria itu tengah berjalan ke arahnya. Mengelap sisa air yang basah di bibir, dia memalingkan wajah saat Cars melewatinya untuk masuk ke dalam rumah. Calysta mengembuskan nafas lega karena berhasil menyembunyikan wajah yang memerah.
Jantungnya kembali berlarian saat sebuah sentuhan terasa.
"Air minum yang barusan, sebelumnya sudah kuminum" Cars menjejalkan botol minuman baru yang masih penuh pada Calysta. "Sepertinya kau sangat haus."
Keringat becucuran di telapak tangan Calysta yang menggenggam botol minum sialan itu. Satu tangan yang lain mengusap dengan cepat peluh di keningnya. Apa yang baru saja dia lakukan? Berciuman secara tidak langsung?!
Pikirannya mengembara jauh terbawa oleh gemerisik dedaunan yang beradu dengan angin. Lalu tiba-tiba Cars berjalan melewatinya untuk duduk di kursi sebelah Calysta yang terhalang oleh sebuah meja. Di tangan pria itu ada dua piring yang dia bawa dan satu di antaranya tersodor untuk Calysta.
"Aku sudah makan satu jam yang lalu." kata Calysta menatap ngeri isi piring yang disodorkan lalu membuang muka lurus ke depan.
"Kau yakin hanya dengan salad saja cukup membuatmu kenyang? Kau tidak akan bisa tidur nyenyak jika kelaparan." tutur Cars menatap lekat gadis yang masih betah memandang lurus pada kegelapan hutan.
"Untuk kau saja. Aku tidak makan daging, berat badanku akan naik seketika saat mengonsumsi makanan-makanan tidak sehat seperti itu. Ditambah daging burung di masak dengan tidak sehat, aku lebih baik mati kelaparan daripada----"
Kata-kata Calysta tertahan saat sebuah suara memalukan keluar dari dalam perutnya. Dia tercenung ketika beberapa kali cacing dalam perut sialannya itu berbunyi meminta makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calysta Finn
RomanceKata orang cinta pertama itu tidak akan dapat terwujud dan Callie merasakan hal itu. Bertahun-tahun ia mengejar Cars, putra dari temam dekat orang tuanya serta sahabat sang kakak. Hingga pada akhirnya Callie menarik kembali seluruh perasaannya dan m...