Mengenakan kaos polos dengan luaran flanel, Cars melirik jam tangan. Sudah hampir setengah jam lebih Calysta pamit untuk bersiap diri tapi wanita itu tak kunjung keluar dalam kamarnya. Cars takut jika mereka lebih lama lagi hujan akan turun karena langit terlihat begitu mendung dan tidak ada mobil untuk tranportasi ke kota selain motor butut yang telah lama terparkir di garasi gubuk belakang rumah.
Cars menaruh kucing liar di atas sofa. Kucing yang baru saja dia temui di luar rumah. Lalu memutuskan untuk menghampiri kamar Calysta. Saat tangannya akan mengetuk tiba-tiba saja pintu terbuka dan Calysta tepat berada di depannya. Seketika gadis itu menjerit saat seekor kucing melintas masuk dengan bulunya yang mengenai kaki.
Calysta berjengit seraya berteriak namun keseimbangan dirinya benar-benar kacau sehingga terjatuh dengan tangan menarik kerah flanel milik Cars.
Tangan Cars sigap menarik pinggang dengan satu telapak tangan yang berada di belakang kepala Calysta sehingga saat keduanya jatuh ke lantai, dia dapat menahan benturan pada kepala gadis itu. Mereka mengerjap bersamaan saat terjatuh dengan posisi yang akan membuat orang manapun salah paham.
Jantung Calysta berdetak semakin cepat dengan keadaan perut yang terasa melilit. Namun tatapannya tak bisa menghindari sorot mata Cars. Rupanya keadaan pria itu juga sama buruk karena keringat Cars seketika menyembul dari pori-pori kulit wajahnya yang dapat dia lihat.
Cars berdiri kikuk, menggosok telapak tangan ke celana serta mengatur ekspresi wajahnya dengan singkat. Dia mengulurkan tangan untuk membantu Calysta bangun. "Ternyata kau berat sekali."
"Apa kau bilang?" mata Calysta memelotot. "Dasar sialan!" dia meninju lengan Cara lalu melenggang ke luar.
Di luar sudah ada beberapa crew film. Semuanya siap berangkat menggunakan kendaraan bermotor untuk mengambil gambar. Mengikuti mereka pergi hari ini.
"Apa kita akan naik sepeda motor ini?" Calysta menatap ragu pada Cars.
"Iya. Yang lainnya juga menggunakan motor. Karena jalanan kemari sedikit bergelombang, jadi lebih efisien dengan kendaraan beroda dua."
"Apa kita tidak bisa naik mobil yang berada di lumbung?"
"Aku sudah mencobanya, tapi ada sedikit kerusakan pada mesin karena sudah lama tak terpakai. Jadi, kita tidak ada pilihan lain."
Calysta mengusap tengkuk lehernya. "Baiklah kalau begitu," dia menerima helm yang Cars sodorkan lalu memakainya. Kemudian Calysta sedikit membungkuk hanya untuk meniup jok motor yang menurutnya berdebu.
"Biar aku saja." Cars menghentikan tingkah Calysta. Pria itu mengusap jok motornya beberapa kali dengan punggung tangan. "Selesai, ayo naik!" Cars sudah berada di atas motor terlebih dahulu, "kenapa?" katanya melihat ekspresi keraguan di wajah Calysta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calysta Finn
RomanceKata orang cinta pertama itu tidak akan dapat terwujud dan Callie merasakan hal itu. Bertahun-tahun ia mengejar Cars, putra dari temam dekat orang tuanya serta sahabat sang kakak. Hingga pada akhirnya Callie menarik kembali seluruh perasaannya dan m...