Chapter 12

564 31 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Kicauan burung terdengar samar. Juga gemerisik angin yang membuatnya terasa nyaman enggan sekali membuka mata. Tapi ingatan yang seketika mendesaknya, membuat Calysta terkesiap. Apa yang terjadi?

Dia menemukan langit-langit atap yang asing kembali. Bukan rumah kayu tempat dimana dia syuting melainkan kamar inap rumah sakit. Infus di tangannya yang tidak sengaja tertarik saat dia bergerak. Juga bau obat-obatan yang menyengat indera penciuman. Memaksa Calysta menebak bahwa dia tengah di rawat. Terakhir kali dia ingat sedang berada di mini market salah satu pom bensin, lalu ada beberapa gerombolan pemuda. Setelahnya ingatan Calysta terasa samar bahkan menghilang.

"Callie.. Ya Tuhan.." Taylor menghampiri begitu pintu ruang inap dia buka.

"Apa yang terjadi?"

"Bagaimana perasaanmu? Apa kau sudah baik-baik saja?"

"Iya, aku baik-baik saja." Jawab Calysta dengan ekspresi kebingungan.

"Syukurlah. Aku terlalu khawatir dengan keadaanmu. Belum juga berita yang tersebar di luar sana, Ya Tuhan bagaimana bisa ini terjadi."

"Taylor tunggu... Tunggu sebentar! Sebenarnya apa yang terjadi? Bisakah kau memberitahuku terlebih dahulu?!"

"Jadi kau tidak ingat semuanya? Kau histeris di salah satu mini market sewaktu sedang mengisi bensin. Saat Cars datang karena kau terlalu lama pamit, keadaannya sudah memburuk. Beberapa orang yang mengenalmu merekam kejadian saat---?"

"Saat aku kambuh?"

"Iya. Mereka membagikannya ke sosial media dan semuanya menjadi kacau."

"Bagaimana dengan Cars?"

"Mr. Hale? Dia yang menghubungiku dan mengantarmu ke rumah sakit. Setelah semuanya bertambah kacau aku berusaha membujuk dan menjelaskan keadaanmu yang sesungguhnya tapi dia tetap meminta untuk menghentikan program ini. Dia tidak menuntut kita untuk ganti rugi tapi dia juga tidak ingin melanjutkannya."

Calysta menelan salivanya dengan susah payah, "baiklah kalau begitu."

"Ibumu sedang berada dalam perjalanan kemari. Apa ada yang kau inginkan saat ini?"

"Aku membutuhkan iPad-ku."

"Kau tidak boleh menonton berita atau berselancar di sosial media dulu, Callie."

"Berikan barang-barangku, apa kau tidak dengar?" emosi yang coba Calysta tahan meluap begitu saja bersama nada suaranya yang meninggi.

Taylor terdengar menghela nafas. Dia berikan tas milik Calysta yang berisi barang-barang pribadi gadis itu sebelum akhirnya keluar ruangan.

Calysta pandangi tas yang Taylor taruh di ujung ranjang. Berusaha mengumpulkan kekuatan juga keberanian untuk menonton apa yang sedang ramai di sosial media mengenai dirinya. Dia singkap selimut yang sedari tadi menyembunyikan tubuh lalu turun dari ranjang. Calysta biarkan kakinya telanjang di atas lantai keramik sembari berjalan dengan satu tangan menarik tiang infus. Memilih duduk di sofa, dia membuka iPadnya. Tidak perlu bersusah payah mencari, berita tentangnya menjadi trending topik pembicaraan.

Calysta FinnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang