Emosi yang sebelumnya meledak kini berangsur-angsur pulih setelah beberapa waktu lalu Cars menyerang batang pohon secara liar dengan kapak hingga membentuk potongan-potongan kayu bakar.
Dirasanya belum cukup untuk menstabilkan amarah, Cars memutuskan untuk berburu. Dia menenteng tumpukan kayu bakar yang terikat rapi dan satu tangannya lagi membawa senapan.
Setelah mencari tempat yang cukup cocok, Cars mengokang senapan lantas membidik targetnya. Dengan sekali tarikan pelatuk, suara tembakan itu terdengar dengan cicitan seekor burung yang terjatuh ke tanah. Dan hal itu dia lakukan berkali-kali. Cars mengumpulkan hasil buruannya di satu tas jaring yang di buat oleh tangannya sendiri.
Cars duduk bersender pada sebuah batang pohon besar, menatap lurus rerimbunan pohon yang tak ada ujungnya. Dadanya naik turun mengatur nafas sementara pikirannya berkelana. Keringat lengket di tubuhnya membuat kaos hitam polos yang dia kenakan menjadi seperti perasan cucian.
"Sialan!" Cars mengumpat. Meninju tanah tak bersalah yang dia pijak.
Cars merasa sudah keterlaluan pada Calysta. Harusnya dia dapat mengontrol semua tindakannya. Tetapi dari sejak lama, berurusan dengan Calysta memang selalu berhasil menyulut emosinya. Dan gadis itu sekarang lebih keras kepala daripada dulu.
Sekali lagi Cars mengerang dengan perasaan yang bercampur. Ekspresi Calysta yang sekarang selalu menentangnya membuat dia tersulut kekesalan. Akan lebih mudah jika gadis itu bersikap seperti dulu. Gadis yang semestinya membutuhkan perlindungan bukan gadis yang selalu menjadi lawan argumen sialannya seperti sekarang.
Cars tertawa sumbang. "Dia sudah banyak berubah. Entah bagian mana yang membuatku bertambah kesal."
Waktu sudah hampir sore karena teriknya matahari pelan-pelan menurun. Cars berniat untuk kembali. Dia menyelempangkan senapan di bahu lantas menjinjing semua barang-barang bawaan dan mulai berjalan menyusuri area hutan. Cukup jauh dari rumah karena biasanya dia berburu di sisi Selatan hutan yang masih banyak sekali binatang-binatang liar.
Cars melewati sebuah aliran sungai untuk menyeberang ke sisi hutan lain. Dia menyempatkan diri untuk berjongkok lalu membasuh wajahnya. Di permukaan air sungai yang terkoyak, wajah Calysta muncul menatapnya dengan penuh permusuhan.
Pyaaar.. dia menepuk keras permukaan air tersebut sambil berkata, "bisakah kau tidak menggangguku seperti ini, tuan putri?" ucapnya jengkel.
Ketika dia sudah sampai di tujuan, langit benar-benar sudah menggelap. Pintu rumah itu tertutup rapat, sama persis seperti terakhir kali dia meninggalkannya. Namun yang membikin jantung Cars serasa loncat, kondisi rumah yang sepi dan dibiarkan gelap gulita tanpa penerangan. Dia menggertakan rahangnya. "Apa gadis itu benar-benar pergi dari sini sendiri?"
Daripada masuk ke dalam rumah, Cars memilih menduduki salah satu bangku yang berada di teras. Bangku yang malam sebelumnya pernah Calysta duduki. Dia menyugar rambut dengan kasar, duduk dengan paha terbuka sementara kedua tangannya memegang kepala yang terasa berdenyut. Dia tidak menyangka, Calysta memberikan efek yang luar biasa kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calysta Finn
RomanceKata orang cinta pertama itu tidak akan dapat terwujud dan Callie merasakan hal itu. Bertahun-tahun ia mengejar Cars, putra dari temam dekat orang tuanya serta sahabat sang kakak. Hingga pada akhirnya Callie menarik kembali seluruh perasaannya dan m...