2. Fallacious

4.7K 347 2
                                    

•••

Dentingan jam membangunkan Lily dari tidur nyenyaknya. Semalam dia dan Gara tertidur dini hari. Mereka bahkan belum sempat membersihkan diri.

Dengan hati-hati Lily menuruni ranjang besarnya dan berjalan menuju kamar mandi. Tak lupa, wanita itu juga membalut tubuhnya menggunakan handuk kimono.

Lily ingat, hari ini tidak ada acara penting yang harus dia hadiri atau tugas menemani suaminya ke pertemuan formal antar perusahaan. Dia merasa lega, pasalnya sedari bangun tidur tadi tubuhnya tidak bisa diajak bekerja sama. Lily merasa sangat kelelahan padahal kemarin dia hanya menghadiri acara pentas Sia saja.

Namun demikian, dia tak menampik kalau semalam, Gara benar-benar membuatnya kewalahan. Tidak biasanya lelaki itu membuatnya kelelahan sampai seperti ini.

Mereka sudah menikah belasan tahun, Lily sudah hafal Gara luar dalam. Suaminya itu tidak ekspresif, sama seperti Lily. Setiap bertemu, mereka juga tak banyak bicara. Memang aneh, tapi Lily dan Gara justru nyaman dengan itu semua.

Lily melanjutkan acara mandinya. Dia memasuki bathtub bermerek Toto Marbella itu dengan perlahan. Lily tidak berniat menyalakan kran air, saat ini yang dia butuhkan adalah ketenangan. Sudah lama dia tidak berendam. Sedikit memanjakan tubuh juga penting bagi Lily.

Sementara wanita itu sibuk dengan kegiatan mandinya, Gara justru terbangun karena tidak mendapati sang istri di ranjang.

Dia meraih celana pendeknya yang tergeletak bersama pakaian lain di bawah. Gara berpikir, pasti Lily sudah turun ke bawah untuk menemui Sia.

Jadi tak perlu pikir panjang, Gara langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. Dia belum sadar akan keberadaan Lily di sana.

Saat Gara hendak melepaskan celananya, matanya langsung melebar melihat Lily dengan handuk kimononya tengah mengeringkan rambut.

Bukannya memilih keluar, Gara justru memandangi Lily tanpa berkedip. Warna kulitnya yang putih bersih, tidak kendur sama sekali, malah masih kencang seperti pertama kali Gara menyentuhnya. Sial, padahal dia sudah sering menyentuh kulit itu, tapi dia baru menyadarinya sekarang.

Dan sialnya lagi, kalau terus dibiarkan begini, Gara bisa terlambat datang ke kantor karena sibuk menghabiskan waktu dengan istrinya lagi.

Cepat-cepat Gara berdeham, hendak keluar dari tempat penuh godaan itu. Namun, Lily lebih dulu bertanya padanya.

"Kamu ngapain?" Reflek, Lily mengeratkan handuk kimononya.

"Hah?" Gara menggaruk kepalanya, gugup. "Sorry. Aku... aku kira kamar mandinya kosong."

"Aku keluar dulu." Lelaki itu berbalik, ingin keluar namun lagi-lagi sesuatu menghentikan keinginannya.

Tok tok tok

Sialnya lagi, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar mandinya. Kedua orang di dalam sana sontak terkejut bukan main. Lily langsung panik, bingung harus melakukan apa.

"Ma, Mama!" Itu suara Sia, gadis itu terus mengetuk pintu kamar mandi karena tidak mendapat jawaban dari ibunya. "Mama di dalem?"

Yang tadinya ingin keluar, Gara mengurungkan niatnya. Dia berjalan menjauh dari pintu, berdiri di dekat istrinya.

"Sia?" Gara berbisik.

Lily hanya mengangguk, lalu menjawab sang putri dengan suara lantang. "Iya, Sayang. Kenapa?"

"Aku mau mandi di situ. Boleh, 'kan, Ma?"

Kepanikan bertambah besar diantara Gara dan Lily. Mereka sibuk mencari alasan agar Sia tidak melihat keduanya di dalam satu kamar mandi. Bisa-bisa gadis itu berpikir yang bukan-bukan. Sia putrinya masih polos, Gara merasa gadis itu terlalu kecil untuk memahami hal-hal berbau dewasa semacam ini.

A Time For JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang