Epilog

5.9K 376 18
                                    

•••

Hari ini adalah hari yang spesial bagi Lily. Dia berencana untuk makan malam di rumahnya bersama sang putri dan suami. Lily begitu senang karena sekarang dia sudah mulai kembali bekerja di butik setelah sekian lama.

"Banyak banget makanannya." Gara menilik meja makannya yang penuh dengan makanan mahal. Lily memang tidak tanggung-tanggung.

"Iya, 'kan tadi aku udah bilang. Hari ini kita dinner bareng."

Senyum Lily mengembang sempurna. Sejak penangkapan Vero, perempuan itu memang terlihat lebih ceria. Beban dihatinya sudah hilang, kini dia tak mempunyai kekhawatiran apapun.

"Ck, nggak sebanyak ini juga dong, Ly. Kalau nggak habis gimana?" Gara mendekati kulkas dan mengambil botol air putih.

Lily tak menyahuti ucapan Gara. Wanita itu sibuk menata meja makannya agar terlihat indah. Dia ingin membuat Sia terkesan.

"Sia mana? Masih di kamar, ya?" tanya Lily.

Gara memutar bola matanya malas. "Hmm."

"Panggilin, dong. Aku mau ganti baju dulu."

"Yang bener aja, Ly. Ngapain kamu ganti baju segala?" Gara benar-benar tak habis pikir pada istrinya itu. Padahal mereka hanya akan dinner di rumah.

"Ya nggak apa-apa," ucap Lily seraya berlalu ke kamarnya. "Kamu juga siap-siap, ya!"

Gara menggeleng tipis. Setelahnya, dia hendak berlalu ke kamar Sia untuk memintanya ke meja makan. Namun, ternyata Sia sudah berjalan ditangga memakai hoodie pink.

"Mama mana, Pa? Katanya mau makan malem bareng?" tanya Sia.

"Hmm, mama kamu lagi ganti baju, tuh." Gara memilih duduk dikursi dan mengambil apel. "Sini duduk dulu."

Sia menurut dan duduk di samping ayahnya. Tak lama kemudian Lily ikut bergabung bersama mereka. Pakaian wanita itu terlihat cukup berlebihan jika dibandingkan Gara dan Sia.

"Mama siapin banyak makanan buat kamu, Sayang. Tuh ada baked salmon, chicken teriyaki, sama Oreo truffles. Kamu mau makan yang mana?"

Sia memilih baked salmon sebagai santapan dinner. Dia terlihat begitu menikmati makannya. Makanan yang dihidangkan ibunya memang enak.

"Oh, ya, Sayang. Lusa kita harus hadir dipersidangannya Vero. Kamu bisa, 'kan?"

Sia berhenti mengunyah sejenak. Dia kembali teringat akan pengkhianatan sahabatnya itu. "Iya, Ma," ujar Sia lirih.

"Mama seneng banget kasus ini bakal selesai. Vero emang pantes dihukum. Kelakuannya bener-bener biadab. Yang Mama heran, gimana bisa selama ini kita ketipu sama dia?"

Sia jadi teringat akan semua masa lalunya dengan Vero. Selama ini pemuda itu sangat baik kepadanya. Tapi, Sia terlampau tidak peka sampai tidak tahu kalau Vero menyimpan suka padanya. Andai saja waktu itu dia tidak mengiyakan ajakan Vero untuk pergi ke pesta Rafael, tragedi ini pasti tidak akan terjadi.

Ingatan itu membuat Sia menunduk dalam. Rasa sesal memenuhi hatinya. "Maafin aku, ya, Ma. Coba aja waktu itu aku nurut sama Mama, pasti hal ini nggak akan terjadi."

Lily tersenyum maklum, diletakkannya sendok yang sedang dia gunakan ke atas piring. "Sayang, Mama udah maafin kamu. Mama emang kecewa karena kamu bohong, dan Mama harap kamu nggak ngulang itu lagi. Tapi, Mama bangga karena kamu bisa lewatin cobaan ini. Dengan kamu mengakui kesalahan kamu, Mama harap kamu bisa belajar dari itu semua."

Sia menangis kecil. Gadis mungil itu teringat akan semua perjuangan orang tuanya dalam menegakkan keadilan untuknya. Bahkan, mereka menguatkan Sia ketika Sia berada dititik terendah dihidupnya.

A Time For JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang