5. Nebulous

3.1K 242 0
                                    

•••

"Menurut kamu aku pake gaun yang ini atau yang ini?"

Brittany menunjukan potret dua gaun selutut dengan warna dan corak yang berbeda pada Sia.

"Warna biru," ujar Sia. Gadis itu sedikit iri pada sahabatnya yang sudah bersiap menghadiri birthday party Rafael.

"Oke, deh. Aku juga prefer ke itu. Makasih, ya." Brittany menutup ponsel puluhan jutanya itu. Dia kemudian menatap Sia sendu. "Kamu beneran nggak ikut, nih?"

Pertanyaan itu mau tak mau membuat Sia menghela napas. "Hmm," gumamnya sedih.

Sia juga ingin pergi ke pesta bersama teman-temannya. Gadis itu ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi anak gaul yang bisa leluasa pergi kemana pun. Tapi, apa daya? Lily benar-benar keras kepala. Ibu Sia itu masih tak mengizinkan Sia pergi ke pesta.

Mencoba menghilangkan kesedihan, Sia teringat akan pr matematikanya yang harus selesai hari Senin. Dia lalu bertanya pada Brittany. "Bri, nanti siang mampir ke rumahku, yuk? Kita ngerjain pr matematika bareng-bareng."

Jika malam ini tidak bisa pergi ke pesta, setidaknya disiang hari Sia bisa menghabiskan waktunya bersama Brittany.

"Nanti siang?" Brittany mengangkat alisnya. Dia lantas mengeluarkan wajah sungkan. "I'm so sorry, Sia. Aku udah janji sama Valerie mau nemenin dia cari baju buat acara nanti malem."

Sia yang awalnya antusias, kini berubah murung. Sial, Kenapa semua teman-temannya harus pergi ke pesta itu, sih? Sia jadi merasa sendirian.

Kalau saja Lily memperbolehkannya pergi, pasti Sia akan ikut Brittany juga. Sia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dia akan memilih-milih gaun, mengecat kukunya, merias wajahnya, dan menata rambutnya. Ah, pasti akan menyenangkan.

Sebuah petikan jari membuyarkan lamunan Sia. Ternyata Vero. Laki-laki bertubuh tegap itu tersenyum karena melihat wajah jengkel Sia. "Mikirin apa?"

Sia menggeleng. Gadis itu lalu mempersilakan Vero duduk disampingnya.

"Kamu mau pesen makan?" tanya Sia seraya menunjuk pedagang yang berjejer di kantin sekolahnya.

Giliran Vero yang menggeleng. "Masih kenyang," jawabnya. "Tadi kamu mikirin apa? Kok keliatan kesel gitu, sih?"

Sia menghembuskan napas lelah. "Mama nggak izinin aku ke pesta," tuturnya sedih.

Vero tampak kecewa. Tapi, dia tetap memaksakan senyumnya agar terbentuk. "Ya, udah. Nggak apa-apa."

"Tapi... aku mau ikut."

"Kamu udah coba bujuk Mama kamu?"

Sia mengangguk lemah. Gadis itu ingat pertengkarannya dengan sang ibu kemarin sore. Sia bahkan menggunakan nada tinggi. Sungguh perbuatan yang tidak baik untuk ditiru. "Udah, tapi Mama tetep nggak ngizinin."

"Apa katanya?"

"Mama nggak setuju karena tempatnya di diskotik."

Sia menyembunyikan alasan yang lain. Padahal bukan hanya karena tempatnya, Lily tak setuju karena waktunya yang malam serta yang berulang tahun adalah seorang laki-laki.

"Oh, gitu." Vero mengangguk-angguk. "Padahal club RedTop cukup aman buat anak SMA seumuran kita. Lagipula, aku yakin Rafael nggak akan milih tempat yang berbahaya buat birthday partynya."

"Nah, makanya. Aku pengin ikut," cicit Sia lagi.

"Apa... kamu mau aku bantu buat ikut party itu?" tawar Vero ragu-ragu. "Tapi, aku nggak maksa, sih."

A Time For JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang