•••
Beberapa hari di Swiss, rasanya benar-benar membuat pikiran dan hati Lily kembali tenang. Setiap membuka mata di pagi hari, ada Gara dan Sia dihadapannya. Lily kembali teringat masa lalu, dahulu dia sering menidurkan Sia kecil di kamar bersama Gara karena takut anaknya itu tiba-tiba menangis. Kini Lily seakan kembali ke masa lalu.
Lily sudah mengunjungi tempat-tempat ikonik di Swiss, namun wanita itu tetap saja merasa liburannya ada kekurangan. Untuk itu, yang tadinya cuma ingin bersantai di vila, Sia dan Gara terpaksa menuruti keinginan Lily pergi berbelanja oleh-oleh. Biar bagaimanapun Lily tetap seperti ibu-ibu kebanyakan.
Mereka mengunjungi salah satu toko barang yang menjual tas wanita dengan harga yang cukup premium. Walaupun di negeri orang, Lily tetap tahu toko mana yang terkenal yang sekiranya masuk dalam seleranya.
"I want to see that, please." Tangan Lily terarah pada sebuah tas berwarna maroon di display atas etalase. "How much is it?"
Karyawati yang memiliki kemampuan bahasa Inggris mumpuni itu berdeham, sebelum memulai promosinya. "You know, Ma'am, it's a Michael Kors brand. You're in luck because if you buy two, you'll get a 30% discount, so the price is only 4 million."
Tangan Lily gatal ingin langsung membeli tas ini mendengar diskon yang ditawarkan. Wanita itu berpura-pura meneliti tas yang terdapat logo MK tersebut.
Gara menyaksikan sendiri tingkah istrinya. Dia terheran sebab tidak mengerti apa yang Lily perhatikan hingga begitu detail. Dipikirkan lelaki itu, semua tas sama saja, baik yang premium atau yang bukan.
"Cocok sama style Oma Karen nggak, Sayang?" Sia menoleh ketika ibunya mencolek lengannya. "Warnanya pas banget, Mama pasti seneng."
"Ck, warnanya pas atau enggak diliat dari mana, sih? Semua tas ya sama. Ngapain harus cocok-cocokin sama style?" gerutu pria berjaket coklat itu.
"Laki-laki tuh nggak ngerti. Ini urusan perempuan, nggak bakal masuk ke otak kamu." Lily membalas.
"How's the bag, Ma'am? You took it?" Sang karyawati menyela, masih dengan senyum ramahnya.
Lily balik tersenyum kecil. "Of course, I'll take this one. But please show me the other colors."
"Yes, Ma'am. We have a collection of green ones."
Kedua wanita itu berjalan lebih dahulu menuju etalase yang lainnya. Air muka Gara bertambah sebal, perbelanjaan ini tidak akan selesai hanya dalam waktu satu jam. Sebelum mengikuti sang ibu, Sia sempat melirik ke papanya. Bahu gadis itu terangkat, seakan mengatakan bahwa dia pun pasrah.
Mereka melanjutkan perjalanan ke toko yang lain. Kali ini menjual jam tangan mewah dengan harga selangit. Lily memaksa masuk, dia beralibi ingin melihat-lihat sebentar saja.
"Buat siapa, sih?" Sejujurnya menemani Lily memang jarang Gara lakukan, tapi lelaki itu juga malas jika sang istri tidak berhenti berbelanja seperti ini.
"Give me the newest collection," titah Lily lalu bergerak membisiki Gara. "Buat laki-laki yang lagi badmood."
Spontan Gara memutar matanya. Ah, Lily salah paham jika mengira dirinya bisa dengan mudah disogok dengan benda mahal. Gara lebih senang jika sekarang mereka berduaan menghabiskan waktu di vila sambil bergumul di kamar.
"Rolex Explorer II, Ma'am."
Lily menelisik rupa jam tangan tersebut. Lumayan indah dengan detail-detail berwarna biru safir yang menghiasi jam tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Time For Joy
Short StoryGara dan Lily adalah pasangan suami istri paling kaku yang pernah ada! ••• Lilyana Tan harus menghadapi suaminya dan putrinya, Akasia, yang mulai tumbuh dewasa. Lily berusaha melindungi keluarganya dari masalah yang menimpa mereka. Hanggara Karim, s...