•••
Pintu rumah keluarga Karim terbuka. Di pagi hari yang cukup mendung ini, Vero dan Rafael sudah berdiri tegak di belakang pintu itu. Mereka pun tersenyum ramah pada Ana.
"Saya mau ketemu Sia, apa boleh?" tanya Vero.
Ana berpikir sejenak. Asisten rumah tangga kepercayaan Lily itu hampir tak mengizinkan mereka masuk kalau saja tidak mendengar suara Gara.
"Vero? Kamu ngapain ke sini? Mau ketemu Sia?"
Vero menoleh pada Gara yang berdiri di belakang Ana. "Iya, Om. Kebetulan hari ini libur sekolah, makanya saya sama Rafael mau jenguk Sia."
"Oh, ayo masuk," titah Gara. Dia mempersilakan Vero dan sahabatnya duduk di sofa ruang tamu.
"Gimana perkembangan kasus Sia, Om? Apa Om udah tahu pelakunya?"
Gara menghela napas sembari menggeleng. "Sayangnya belum. Dokter bilang sempel sperma dalam tubuh Sia udah hancur. Sekarang, Om cuma bisa ngandelin polisi. Semoga pelakunya cepet ditangkep."
Rafael menunduk dalam. Dia merasa sedikit iba pada Gara yang terlihat sangat putus asa saat ini.
"Aamiin. Yang sabar, ya, Om," balas Vero.
"Loh, Vero?" Lily baru saja datang dari dapur. Dia membawa nampan berisi banyak makanan ditangannya.
"Iya, Tante. Saya sama Rafael mau jenguk Sia."
Lily tersenyum tipis. "Sebentar, ya. Tante bilang dulu ke Sia-nya."
Setelah itu, Lily berjalan menaiki tangga untuk menuju kamar Sia. Makanan ditangannya memang dia bawa untuk putrinya itu. Lily berharap Sia tidak menolak makan.
Lily ingin putrinya kembali seperti dulu. Dia ingin melihat Sia tersenyum lagi. Namun, Lily sadar bahwa itu tidak akan mudah. Perlu proses panjang agar Sia bisa sedikit demi sedikit pulih.
Sampai di depan kamar Sia, Lily mengetuk pelan pintu kamar itu. "Sia, Mama bawain sarapan buat kamu. Tolong buka pintunya."
Tidak ada jawaban apapun. Lily mengerutkan dahi heran. Dia sempat berpikir putrinya itu belum bangun.
"Sia?" Lily kembali mengetuk pintu. "Kamu lagi ngapain?"
Sia tak juga menjawab. Hal tersebut membuat Lily memutuskan untuk masuk ke dalam kamar putrinya tanpa menunggu dipersilakan.
"Sia? Kamu di dalem, 'kan?"
Ketika dilihat, kamar Sia justru kosong. Lily mengernyit bingung. Pintu kamar mandi terbuka. Itu artinya Sia tidak sedang di kamar mandi. Lantas, kemana dia pergi?
Lily hendak keluar kamar seandainya tidak melihat jendela balkon Sia terbuka lebar. Dengan perlahan, Lily mendekat ke sana hendak menutupnya.
Angin berhembus sangat kencang. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Sia bisa kedinginan nanti.
Lily melirik sekilas ke bawah jendela dan langsung terbelalak kaget. Dia berteriak kencang saat melihat tubuh Sia terombang-ambing di kolam renang rumahnya.
"Sia...!"
Saking kencangnya teriakan Lily, Gara yang tengah berbincang bersama Vero dan Rafael sampai ikut tersentak. Laki-laki bermarga Karim itu bergegas naik ke kamar Sia untuk mengecek keadaan Lily.
Lily meraung-raung di balkon. "Gara! Tolong!" Perempuan itu kemudian berlari ke luar kamar.
Dia berpapasan dengan Gara yang tak kalah khawatir dengannya. "Apa? Kenapa teriak-teriak?"
Dengan napas tersengal-sengal, Lily menjawab, "Si-Sia di kolam renang! Tolong, dia... dia..."
"Di kolam renang?" tanya Gara kaget. Dia pun lantas menarik tangan Lily agar mengikutinya ke kolam renang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Time For Joy
Short StoryGara dan Lily adalah pasangan suami istri paling kaku yang pernah ada! ••• Lilyana Tan harus menghadapi suaminya dan putrinya, Akasia, yang mulai tumbuh dewasa. Lily berusaha melindungi keluarganya dari masalah yang menimpa mereka. Hanggara Karim, s...