6. Calamity

2.9K 230 5
                                    

•••

Suara bising menyambut kedatangan Sia dan Vero. Gadis itu begitu terperangah akan suasana club yang ramai. Rata-rata perempuan yang datang menggunakan pakaian cukup terbuka. Sia jadi merasa salah kostum, karena dia menggunakan dress dibawah lutut.

Biarpun awalnya merasa tidak nyaman, Sia tetap mencoba berbaur layaknya teman-temannya yang lain. Brittany bahkan sudah berjoget ria bersama seorang lelaki yang entah siapa.

"Gimana? Seru, 'kan?" tanya Vero setelah meletakkan sebuah minuman soda dihadapan sang sahabat.

"Ya, lebih dari yang aku bayangin, sih. Aku kira nggak akan serame ini."

"Right." Vero menunjuk ke arah Rafael yang juga asyik berjoget. "Pestanya Rafael bikin club ini tambah rame. Soalnya banyak anak sekolah kita yang dateng."

Mendengar penjelasan Vero tadi, Sia semakin merasa kecil di tempat tersebut. Kemana saja dia selama ini? Padahal gadis itu bukan anak dibawah umur lagi.

"Terus kita ngapain habis ini?" Sia bertanya dengan polos.

"Nikmatin aja. Jangan dibawa tegang gitu, ini bukan acara formal, kok."

Sia mengangguk. Selesai menikmati soda yang Vero berikan, gadis itu ditarik sang sahabat untuk mencoba lantai dansa. Mulanya Sia ingin menolak, tapi dari kejauhan Brittany juga melambaikan tangan sebagai tanda mengajak Sia bergabung.

"Ayo!" Vero masih menarik tangannya.

"Aku nggak bisa, Vero."

Akhirnya mereka berhenti ditengah-tengah keramaian. Vero terus menggenggam tangan Sia agar mereka tidak terpisah.

"Jangan takut, I'm here."

Karena tidak ingin mempermalukan Vero, Sia mencoba menari sebisa mungkin. Kedua tangannya dia angkat ke atas seperti yang dilakukan Brittany. Lalu selanjutnya, kepala serta tubuhnya mengikuti alunan musik.

"You did it, Sia. Good job!" Vero berseru seraya tersenyum lebar.

Lama kelamaan, Sia mulai terbawa suasana. Pengalaman ini benar-benar membuat gadis itu merasa bebas, tanpa tekanan apapun. Kini dia bisa merasakan kebahagiaan baru di hidupnya.

Sia tidak bisa menghentikan senyumnya. "Aku seneng banget. Ini luar biasa!"

Vero turut tersenyum. Dia senang bisa membuat Sia merasa bahagia. "Really? Aku juga seneng liat kamu happy."

Selama setengah jam lamanya, mereka menari. Sia tidak merasa lelah, malah dia semakin bersemangat.

"Sia," panggil Vero tiba-tiba. Lelaki itu berhenti menari dan menatap mata sang gadis dalam.

"Hmm?" Sia ikut terdiam. Dia merasa Vero ingin mengatakan sesuatu yang penting.

"Mungkin ini mendadak buat kamu. Aku ngerti, kok. Tapi aku cuma mau talk about something you should know." Lelaki berkemeja kotak-kotak itu mulai mendekati Sia.

"Maksud kamu?"

Tangan Vero menyibak beberapa helai rambut sahabatnya. "Perasaan aku udah nggak sama lagi. Aku nggak bisa nganggep kamu sebagai sahabat terus. Itu karena—"

"Karena aku suka sama kamu, Sia. I like you," sambungnya.

Sia sungguh tidak menyangka dengan pernyataan mendadak itu. Selama ini, dia menganggap Vero murni sebagai sahabat. Dia juga tidak menyadari bahwa Vero menyukainya.

"Kamu... bercanda?"

"Ini serius, Sia. Aku suka sama kamu. Perasaan aku ini udah berubah sejak lama, tapi aku nggak berani ngomong ke kamu. Dan sekarang aku rasa emang udah saatnya."

A Time For JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang