14 - Giliranku yang harus menunggu?

356 35 2
                                    

Setibanya di rumah sakit Gulf segera mencari keberadaan Mean. Beberapa kali dia mencoba menghubungi temannya itu namun nihil.

Gulf tampak gusar sembari terus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah sakit.

"Gulf.."

Suara Mean menarik perhatiannya, di ujung lorong Mean melambaikan tangan. Gulf yang sedang panik tanpa aba-aba langsung menghampiri temannya itu.

"Mew dimana Mean? Dia tidak apa-apa kan?"

Mean menunduk lemas, kemudian menatap temannya itu sedih.

"Ayolah Mean kenapa, apa yang terjadi sekarang? Dimana Mew?" seru Gulf sembari mengoyangkan tubuh Mean

Mean meraih tangan Gulf dan membawanya menuju suatu ruangan di ujung lorong. Gulf yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya bisa mengikuti langkah Mean.

Setibanya di depan sebuah kamar Mean menyuruh Gulf untuk melihat dari kaca jendela. Gulf berjalan pelan mendekat dan melihat apa yang terjadi di dalam.

Mata Gulf berkaca-kaca melihat siapa yang terbaring di dalam ruangan. Itu Mew. Dia melihat Mew terbaring dengan selang oksigen yang menempel di hidungnya, kedua orang tua Mew tampak sedang menemani anaknya itu. Tidak jauh dari Mew terbaring nampak Jan duduk sembari terisak pelan.

Mata Jan dan Gulf bertemu. Jan yang melihat Gulf datang segera keluar menemui pemuda itu. Jan tampak sangat marah karena keberadaan Gulf.

"Ngapain lagi kesini?!" teriak Jan "...masih belum puas kamu nyakitin P'Mew?"

Gulf menangis sejadinya, Mean yang melihat itu segera memeluk tubuh Gulf yang sudah mulai goyah.

"Hentikan Jan, Gulf gak tau apa-apa" seru Mean

Jan berdecak "Gak tau apa-apa? Dia yang udah buat P'Mew kayak gini, dia yang paksa P'Mew untuk bunuh diri, masih bilang kalau dia gak tau apa-apa? dan kamu lihat sekarang dia koma Gulf, dia kayak gini gara-gara kamu!" seru Jan sedikit menaikan nada suaranya

Beberapa pengunjung dan staff rumah sakit yang mendengar suara Jan sedikit merasa terganggu dengan keadaan ini. Beberapa diantaranya yang sedang tidak jauh dari mereka menatap dengan tatapan bingung, sementara yang lainnya nampak acuh.

Gulf mencoba meraih tangan Jan namun segera ditepis oleh gadis itu.

Keributan yang ditimbulkan Jan rupanya tidak hanya menggangu pengunjung rumah sakit, tapi juga membuat kedua orang tua Mew keluar.

"Ada apa ini Jan?" tanya Ibu Mew

Ibu Mew yang melihat keberadaan Gulf langsung terdiam seribu bahasa, begitupun dengan Ayah Mew.

Gulf pun mencoba meraih tangan kedua orang tua Mew, sembari terisak dia mencoba untuk memeluk Ibu Mew namun tanpa Gulf duga Ibu Mew mencegah pelukan itu, dan segera masuk kedalam kamar ditemani suaminya tanpa berkata sepatah katapun.

Gulf semakin sedih. Air mata terus mengalir dari matanya, sementara itu Jan masih menatap tajam Gulf.

"Aku minta maaf soal ini, aku salah, tapi ijinkan aku untuk melihat Mew sekali saja" ucap Gulf memohon pada Jan

Jan kembali bedecak "Untuk apa, om sama tante aja udah gak mau liat muka kamu Gulf, mereka merasakan apa yang aku rasakan sekarang, jadi lebih baik kamu pergi, lupakan P'Mew. Bukankah ini yang kamu katakan pada dia untuk melupakan kamu?" Jan menangis

"Dia menangis setiap malam Gulf, dia berusaha supaya kamu ingat dengan memori kalian, tapi apa yang dia dapat? Kamu mengusirnya, melukai dia bahkan menyakiti hatinya sampai dia memilih untuk mengakhiri hidupnya seperti ini. Dia cuma mau kalian bersama, tapi apa sekarang, dia kehilangan dirinya sendiri"

"Aku minta maaf, aku menyesal dengan semuanya, aku tidak mau Mew seperti ini" seru Gulf sembari menangis

"Maafmu tidak akan pernah kami terima, bahkan P'Mew aku rasa juga tidak akan memaafkanmu. Akhiri semuanya dan tinggalkan P'Mew, untuk kebahagiaan dia" ucap Jan sembari menatap tajam Gulf kemudian kembali masuk kedalam ruangan.

Mean yang melihat temannya menangis seperti ini segera memeluknya erat. "Tenang Gulf, gue yakin Mew masih mencintai lu seperti dulu, dia tau apa yang terbaik buat dia, dan buat kamu"

Gulf menatap kembali Mew yang terbaring jauh didalam. Namun Jan yang melihat itu segera menutup gorden jendela sehingga Gulf tidak bisa melihat Mew.

"Kita pulang saja dulu Gulf, nanti kita pikirkan cara untuk bisa masuk kedalam, untuk sekarang lebih baik kita kembali" bujuk Mean sembari menuntun tubuh Gulf

***

Gulf terdiam di dalam kamarnya. Menatap jauh kesebuah potret dirinya dan juga Mew. Dia mengelus pelan cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Mew, maafkan aku.." batinnya

Bayangan itu muncul, saat dirinya dan Mew pergi kesebuah villa didekat pantai saat mereka pertama kali liburan sebagai pasangan.

Disana Mew memeluk tubuh Gulf yang sedang bercermin dari belakang, kemudian perlahan mencium leher kekasihnya itu dan menghembuskan nafas di telinganya.

"Mew... nafasmu mengelitiki telingaku, hentikan" ucap Gulf mencoba melepaskan pelukan Mew

Mew yang sedang menggoda kekasihnya itu malah semakin erat memeluk tubuh Gulf dan dengan sengaja menghembuskan nafas berat di telinga Gulf, bahkan sesekali dia menggigit telinga kekasihnya itu.

"Mew... aku bilang hentikan"

Mew membalik tubuh Gulf, kini mereka berhadap-hadapan. Gulf kini bisa merasakan nafas Mew yang semakin memburu tidak karuan. Dengan tenang Mew membelai rambut Gulf pelan, menatap binar mata Gulf secara intens dan tanpa Gulf duga kekasihnya itu mendaratkan bibirnya di keningnya, mata Gulf terpejam kemudian dua pemuda ini pun melakukan ciuman mereka.

Mew yang terlihat mendominasi mulai mengigit pelan bibir atas Gulf, dan Gulf hanya bisa menerima itu dengan diam, namun sepersekian detik kemudian tanpa Mew duga kekasihnya itu membalas ciumannya, Gulf mulai membalas dengan menggigit bibir Mew pelan, kemudian menjulurkan lidahnya menerobos masuk.

Mew yang senang dengan permainan Gulf mencoba untuk diam dan membiarkan kekasinya itu menuntunnya.

Setelah beberapa lama mereka berciuman, Mew pun mendorong tubuh Gulf kearah tempat tidur. Tanpa aba-aba dia melepaskan kemeja yang ia kenakan hingga Gulf bisa melihat dada bidang kekasihnya itu.

Mew segera menindih tubuh kekasihnya yang sudah tidak berdaya itu, dan mulai menjamah setiap sudut leher dan mencumbunya pelan.

"Mew.. kita sudah melakukan ini semalaman, dan kamu masih punya energi untuk melakukannya lagi?" dengus Gulf sembari merasakan risih sekaligus nikmat yang Mew timbulkan di area sensitifnya itu.

Mew bangkit dan merogoh saku celananya mengelurkan sebuah benda kecil yang sudah sangar familiar untuk Gulf. "Aku selalu punya energi untuk kamu Gulf"

Mew tersenyum tipis.

***

Gulf menangis sembari memeluk potret mereka berdua, air matanya jatuh membasahi potret itu. Rasa kesal, marah, menyesal bercampur menjadi satu dan memenuhi isi kepalanya.

Mew sudah melakukan yang terbaik untuknya, tapi balasan yang ia berikan malah sebaliknya. Dia merasa gagal menjadi orang yang seharusnya selalu ada untuk Mew, dia merasa kalau dirinya bukanlah kekasih yang setia dan baik untuk Mew.

Dia menatap cincin yang melingkar itu seksama, binar matanya yang beradu dengan kilau cincin kini mengisi kelopak matanya.

Detik itu juga Gulf melepaskan cincin pemberian Mew, dia merasa kalau dirinya hanya akan menyakiti Mew dan mungkin ini saat yang tepat untuk melupakan semuanya.

"Demi kebaikanku, dan kebaikan Mew.." serunya sembari membuang cincin itu kedalam tong sampah.

***

TBC

I Love U Ma Little Boy (Can you see my sign Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang