9 - Godaan Cinta Mew

1.6K 150 13
                                    

Selepas kepulangannya dari rumah sakit, Mew duduk merenung di tempat tidur, menatap lurus sebuah bingkai foto dengan potret dirinya dan Gulf yang tersenyum bahagia di salah satu sudut ruangan, matanya berkaca sembari seutas senyum menghiasi sudut bibirnya.

"Sudah lama ya Gulf, senyuman itu bahkan hari ini tidak aku dapatkan lagi" ucapnya pelan

Beberapa kali dia memukul tempat tidur dengan kepalan tangan yang keras, beberapa kali pula dia memukul dirinya sendiri berharap kalau semua ini hanya mimpi.

Tubuh gagahnya ambruk, kini dia terbaring meringkuk diatas ranjang. Bayangan-bayangan saat dia dan Gulf bersenda gurau terlintas begitu saja. Air mata kini tidak dapat ia bendung lagi, air itu mengalir hingga membasahi kasur dibawahnya.

"Mew, kamu kenapa?"

Mata Mew membulat saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Dia bangkit dan segera memeluk sosok itu dengan erat, didekapnya perut sosok iti sekuat tenaga.

"Gulf, jangan tinggalin aku. Kamu harus bilang kalau ini semua cuma mimpi, mimpi yang sangat buruk. Aku tidak menyukainya Gulf. Kumohon" rengeknya sembari membenamkan wajahnya di bahu Gulf.

Gulf menepuk bahu Mew pelan. "Siapa yang membuatmu menangis seperti anak kecil Mew, katakan padaku, aku akan memberinya hukuman"

Mew semakin mempererat pelukannya "Kau yang membuatku seperti ini Gulf, kau jahat"

"Mew, aku harus pergi" ucap Gulf sembari melepaskan pelukan Mew. Mew yang tidak mau berpisah terus memeluk tubuh mungil Gulf dengan erat.

"Jangan paksa aku untuk ini Gulf, kumohon tinggalah disisiku" ucap Mew semakin mempererat pelukannya.

Tanpa Mew duga, Gulf berhasil melepaskan pelukannya. Mew mencoba meraih tubuh kekasihnya itu namun dengan cepat Gulf meninggalkannya, dan tubuhnya seakan membatu ditempat.

Mew terbangun dengan sekujur tubuh dipenuhi keringat dingin. Baju yang ia pakai basah kuyup, lagi-lagi dia jatuh dalam kesedihannya. Dia meringkuk di tempat tidur sembari menangis.

***

Mew menyusuri lorong Seven Eleven mencari beberapa camilan untuknya. Diujung lorong dia merasakan ada sepasang mata memperhatikannya dengan tajam.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Mew bergegas menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

"Tolong rokok nya satu" ucap Mew sembari menunjuk sebuah rokok dengan bungkus berwarna merah dan putih di belakang kasir.

Belum juga kasir memberikan rokok yang Mew minta, sebuah tangan segera merebut rokok itu dari Mew.

"Bukankah P'Mew sudah berhenti merokok, kenapa ada masalah?"

Mew melihat sosok gadis dengan rambut panjang berdiri menatapnya.

"Lo siapa?" tanya Mew bingung

Gadis itu tertawa "P'Mew lupa denganku?"

Mew yang bingung harus bereaksi seperti apa hanya bisa menyunggingkan senyuman sekenanya.

Gadis itu mengulurkan tangannya "Jan. Adik P'Perth" ucapnya sembari tersenyum

Mew yang sadar kalau gadis dihadapannya adalah adik temannya langsung terkejut.

"Jan. Anak kecil yang dulu suka menggodaku?" Mew tertawa

Jan dengan keras memukul tangan Mew "Kenapa justru itu yang P'Mew ingat. Menyebalkan" sungutnya kesal.

"Maaf maaf, tapi aku sungguh tidak menyangka kalau kau akan tumbuh secepat ini, apalagi sekarang kamu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik"

Lagi-lagi Jan memukul lengan Mew dengan keras "P'Mew bisa saja" ucapnya

"Kita cari tempat duduk saja kalau begitu. Aku tau tempat yang cocok disekitar sini" ajak Mew kemudian melanjutkan pembayaran belanjaannya.

"Ini aku kembalikan yah, P'Mew jangan merokok lagi. Aku tidak suka cowok perokok, tidak keren" ucap Jan sembari memberikan senyuman pada Mew

"Lakukan apa yang kamu suka saja" balas Mew

***

"Bagaimana keadaan kakakmu, aku sudah lama tidak melihatnya, dia masih di luar negeri?" tanya Mew sembari membuka buku menu dihadapannya

"P'Perth masih di Australia. Mungkin akan pulang akhir bulan ini"

"Lalu kamu sendiri bagaimana? Kulihat kamu sekarang sudah tumbuh jadj gadis yang berwibawa"

"P'Mew cukup. Sekali lagi P'Mew puji aku, kepalaku akan sampai keatap cafe ini" dia tertawa malu

Setelah memesan makanan mereka pun melanjutkan obrolan mereka.

"Kalau boleh tau P'Mew tinggal disekita sini?" tanya Jan penasaran

Mew mengangguk pelan

"Sendiri?"

Mew menggeleng "Aku tinggal dengan temanku, kami satu kamar"

"Enak ya punya Roomate"

"Tapi kayaknya untuk kedepan aku akan tinggal sendiri" ucap Mew pelan

"Hah? Kenapa P'Mew?"

"Ah tidak. Ngomong-ngomong kamu kuliah dijurusan apa?"

"Aku ambil kelas fashion, yah P'Mew tau sendiri kam kalau dari dulu aku sangat menyukai desain dan baju, akan sangat menyenangkan kalau aku bisa menekuni hobi ku ini dan menghasilkan uang"

Tanpa Jan duga Mew meremas rambutnya sembari sesekali memberikannya sebuah senyuman.

"Kamu memang gadis yang dewasa, bahkan kamu sudah memikirkan masa depan. Aku bangga" ucap Mew sembari terus meremas rambut Jan

Jan yang salah tingkah hanya tersipu malu, pipinya merona dan matanya terus menatap wajah Mew yang jaraknya kini hanya beberapa senti saja.

***

"Bagaimana keadaan Gulf, apa ada perkembangan?" Bright yang masuk kedalam kamar rumah sakit segera menghampir Mean yang duduk tidak jauh dari Gulf yang sedang tidur

"Tidak ada. Hanya aja tadi dia nyariin lo, gue jawab aja kalo lo balik ke kampus buat ambil tugas" jawab Mean sekenanya.

"Lalu apa lo udah dapet kabar dari Mew, dari tadi aku coba hubungi dia tapi tidak ada balasan"

Mean menggeleng dan melanjutkan membalas chat dari pacarnya.

"Kalau begitu gue tinggal dulu ya, gue titip Gulf sama lo. Nanti kalo ada apa-apa langsung kabarin gue aja"

Mean mengambil tasnya kemudian berlalu meninggalkan rumah sakit.

Bright duduk disamping Gulf. Dia mengelus kepala Gulf pelan sesekali dia mengusap pipi Gulf yang merah.

Bayangan pertemuannya dengan Win tadi siang kembali melintas di pikiriannya.

"Aku tidak mempermasalahkan pertemuan kita yang seperti ini, tapi yang aku masalahkan adalah siapa dia, dan sejak kapan kamu dekat dengan dia"

"Aku sama sekali tidak ada apa-apa dengan dia. Dia hanya temanku di kampus, kami dekat karna aku mengurus sebuah akun fanbase dan dia cocok untuk liputanku. Selebihnya tidak ada" jawab Bright

"Aku ingin mempercayaimu Bright, tapi hati kecilku bilang kalau pria itu ada hubunga khusus denganmu"

Bayangan itu membuat Bright gelisah, dan tanpa dia duga Gulf bangun dan segera mencium bibirnya dengan cepat. Mereka berciuman dan tangan Gulf merangkul leher Bright dengan cepat. Bright yang sedang cemas tidak bisa menolam dan hanyut dalam ciuman pertama mereka.

****

TBC

I Love U Ma Little Boy (Can you see my sign Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang